Kedatangan orang-orang Eropa
pertama di kawasan Asia Tenggara pada awal abad XVI kadang-kadang dipandang
sebagai titik penentu yang paling penting dalam sejarah kawasan ini. Pada abad
XV bangsa Portugis merupakan salah satu bangsa yang mencapai kemejuan-kemajuan
di bidang teknologi tertentu. Bangsa Portugis yang telah dapat membuat
kapal-kapal yang lebih layak dan canggih di bandingkan dengan kapal-kapal
sebelumnya memungkinkan mereka melakukan sebuah pelayaran dan melebarkan
kekuasaaan ke seberang lautan.
Dengan alasan untuk menguasai impor
rempah-rempah di kawasan Eropa bangsa Portugis mencari daerah kawasan penghasil
rempah-rempah terbaik. Rempah-rempah di kawasan Eropa merupakan kebutuhan dan
juga cita rasa. Selama musim dingin di Eropa tidak ada salah satu cara pun yang
dapat di jalankan untuk mempertahankan agar semua hewan-hewan ternak dapat
tetap hidup. Kerena itu banyak hewan ternak yang disembelih dan dagingnya kemudian
harus di awetkan. Untuk itulah diperlukan sekali banyak garam dan
rempah-rempah.
Cengkih dari Indonesia Timur adalah
yang paling berharga. Indonesia juga menghasilkan lada, buah pala, dan bunga
pala. Alasan itulah yang membuat Portugis ingin menemukan dan menguasai daerah
Indonesia agar dapat menguasai di kawasan Eropa.
Pada tahun 1847, Bartolomeu Dias
mengitari tanjung Harapan dan memasuki perairan Samudra Hindia. Pada tahun
1947, Vasco da Gama sampai di India. Namun, orang-orang Portugis ini segera mengetahui
bahwa barang-barang dagangan yang hendak mereka jual tidak dapat bersaing di
pasaran India yang canggih dengan barang-barang yang mengalir melalui jaringan
perdagangan Asia. Karena itu, mereka sadar harus melakukan peperangan di laut
untuk mengukuhkan diri. Alfonso de Albuquerque merupakan panglima angkatan laut
terbesar pada masa itu. Pada tahun 1503 Albuquerque berangkat menuju India, dan
pada tahun 1510 dia menaklukan goa di pantai barat yang kemudian menjadi
pangkalan tetap portugis. Pada waktu itu telah dibangun pangkalan-pangkalan di
tempat-tempat yang agak ke barat, yaitu di Ormuzdan Sokotra. Rencananya ialah
untuk mendominasi perdagangan laut di Asia dengan cara membangun
pangkalan-pangkalan tetap di tempat-tempat krusial yang dapat digunakan
untukmengarahkan teknologi militer Portuhis yang tinggi.Pada tahun 1510,
setelah mengalami banyak pertempuran, penderitaan, dan kekacauan internal,
tampaknya Portugis hampir mencapai tujuannya. Sasaran yang paling penting
adalah menyerang ujung timur perdagangan Asia di Maluku.
Setelah mendengar laporan-laporan
pertama dari para pedagang Asia mengenai kekayaan Malaka yang sangat besar,
Raja Portugal mengutus Diogo Lopez de Sequiera untuk meneukan Malaka, menjalin
hubungan persahabatan dengan penguasanya, dan menetap disana sebagai wakil
Portugal di sebelah timur India. Tugas Sequiera tersebut tidak mungkin
terlaksana seluruhnya ketika dia tiba di Maluku pada tahun 1509. Pada mulanya
dia disambut dengan baik oleh Sultan Mahmud Syah (1488-1528), tetapi kemudian
komunitas dagang internasional yang ada di kota itu meyakinkan Mahmud bahwa
Portugis merupakan ancaman besar baginya. Akhirnya, Sultan Mahmud melawan
Sequiera, menawan beberapa orang anak buahnya, dan membunuh beberapa yang lain.
Ia juga mencoba menyerang empat kapal Portugis, tetapi keempat kapal tersebut
berhasil berlayar ke laut lepas. Seperti yang telah terjadi di tempat-tempat
yang lebih ke barat, tampak jelas bahwa penaklukan adalah satu-satunya cara
yang tersediabagi Portugis untuk memperkokoh diri.
Pada bulan April 1511, Albuquerque
melakukan pelayaran dari Goa Purtugis menuju Malaka dengan kekuatan kira-kira
1200 orang dan 17 (18) buah kapal. Peperangan pecah segera setelah
kedatangannya dan berlangsung terus secara sporadis sepanjang bulan Juli dan
awal Agustus. Pihak Malaka terhambat oleh pertikaian antara Sultan Mahmud dan
putranya, Sultan Ahmad yang baru saja diserahi kekuasaan atas negara dan
nantinya dibunuh atas perintah ayahnya. Namun Malaka akhirnya berhasil
ditaklukan. Albuquerque menetap di Malaka sampai bulan November 1511, dan
selama itu dia mempersiapkan pertahanan Malaka untuk menahan setiap serangan
balasan orang-orang Melayu. Dia juga memerintahkan kapal-kapal yang pertama
untuk mencari “Kepulauan Rempah”. Sesudah itu dia berangkat ke India dengan
kapal besar, dia berhasil meloloskan diri ketika kapal itu karam di lepas
pantai Sumatera beserta semua barang rampasan yang dijarah di Malaka.
Setelah satu kapal layar lagi
tenggelam, sisa armada itu tiba di Ternate pada tahun itu juga. Dengan susah
payah karena kaplnya karam ekspedisi pertama itu tiba di Ternate dan berhasil
mengadakan hubungan dengan Sultan Aby Lais (meninggal 1522). Sultan Ternate itu
berjanji akan menyediakan cengkeh bagi Portugis setiap tahun dengan syarat
dibangunnya sebuah benteng di pulau Ternate.
Hubungan dagang yang tetap baru
dapat dirintis oleh Antonio de Abrito. Hubungannya dengan Sultan Ternate yang
masih anak-anak, Kacili Abu Hayat, dan pengasuhnya Kacili Darwis, berlangsung
sangat baik. Pihak Ternate tanpa ragu mengizinkan DeBrito membangun benteng
pertama Portugis di Pilau Ternate (Sao Joao Bautista atau Nossa Seighora de
Rossario) pada tahun 1522. Penduduk Ternate menggunakan istilah Kastela untuk
benteng iitu, bahkan kemudian benteng itu lebih dikenal dengan nama benteng
Gamalama. Sejak tahun 1522 hingga tahun 1570 terjalin suatu hubungan dagang
(cengkih) antara Portugis dan Ternate.
Portugis yang sedang menguasai
Malaka, tetapi segera terbukti bahwa mereka tidak menguasai perdagangan Asia
yang berpusat disana. Portugis tidak pernah dapat mencukupi kebutuhannya
sendiri dan sangat tergantung kepada para pemasok bahan makanan dari Asia
seperti halnya para penguasa Melayu sebelu mereka di Malaka. Mereka kekurangan
dana dan sumber daya manusia. Organisasi mereka ditandai dengan
perintah-perintah yang saling tumpang tindih dan membingungkan,
ketidakefisienan, dan korupsi. Bahkan gubernur-gubernur mereka di Malaka turut
berdagang demi keuntungan pribadi di pelabuhan Malaya, Johor, pajak dan harga
barang-barangnya lebih rendah, dan hal tersebut telah merusak monopoli yang
seharusnya mereka jaga. Para pedagang Asia mengalihkan sebagian besar
perdagangan mereka ke pelabuhan-pelabuhan lain dan menghindari monopoli
Portugis yang mudah.
Di sebelah barat Nusantara, dengan
cepat portugis tidak lagi menjadi suatu kekuatan yang revolusioner. Keunggulan
teknologi mereka yang terdiri atas teknik-teknik pelayaran dan militer berhasil
dipelajari dengan cepat oleh saingan-saingan mereka dari Indonesia, meriam
Portugis dengan cepet direbut oleh orang-orang Indonesia. Malaka Portugis
menjadi suatu bagian dari jaringankonflik di selat Malaka, dimana Johor dan
Aceh berlomba-lomba untuk saling mengalahkan Portugis agar bisa menguasai
Malaka.
Kota Malaka mulai sekarat sebagai
pelabuhan dagang selama berada dibawah cengkeramana Portugis, mereka tidak
pernah berhasil memonopoli perdagangan Asia. Portugis hanya mempunyai sedikit
pengaruh terhadap kebudayaan orang-orang Indonesia yang tinggal di nusantara
bagian barat, dan segera menjadi bagian yang aneh di dalam lingkungan
Indonesia. Portugis telah mengacaukan secara mendasar organisasi sistem
perdagangan Asia. Tidak ada lagi satu pelabuhan pusat dimana kekayaan Asia
dapat saling dipertukarkan, tidak ada lagi negara Malaya yang menjaga ketertiban
selat Malaka dan membuatnya aman bagi lalu lintas perdagangan. Sebaliknya
komunitas dagang telah menyebar ke beberapa pelabuhan dan pertempuran sengit
meletus di Selat.
Segera setelah Malaka ditaklukan,
dikirimlah misi penyelidikan yang pertama ke arah timur dibawah pimpinan
Francisco Serrao. Pada tahun 1512, kapalnya mengalami kerusakan, tetapi dia
berhasil mencapai Hitu (Ambon sebelah utara). Disana dia mempertunjukkan
keterampilan perang melawan suatu pasukan penyerang yang membuat dirinya disukai
oleh penguasa setempat. Hal ini mendorong kedua penguasa setempat yang bersaing
(Ternate dan Tidore) untuk menjajagi kemungkinan memperoleh bantuan Portugis.
Jadi Portugis disambut baik di daerah itu juga karena mereka juga dapat membawa
bahan pangan dan membeli rempah-rempah. Akan tetapi perdagangan Asia segera
bangkit kembali, sehingga Portugis tidak pernah dapat melakukan suatu monopoli
yang efektif dalam perdagangan rempah-rempah.
Sultan TernateAbu Lais (1522)
membujuk bangsa Portugisuntuk mendukungnya dan pada tahun1522, mereka mulai
membangun sebuah benteng disana. Sultan Mansur dari Tidore mengambil keuntungan
dari kedatangan sisa-sisa ekspedisi pelayaran keliling dunia Magellan di tahun
1521 untuk membentuk suatu persekutuan dengan bangsa Spanyol yang bagaimanapun
tidak memberikan banyak hasil dalam periode ini.
Hubungan Ternate dan Portugis
berubah mnejadi tegang karena upaya yang agak lemah Portugis melakukan
kristenisasi dan karena perilaku orang-orang Portugis yang tidak sopan. Pada
tahun 1535, orang-orang Portugis di Ternate menurunkan Raja Tabariji
(1523-1535) dari singgasananya dan mengirimnya ke Goa yang dikuasai Portugis.
Disana dia masuk Kristen dan memakai nama Dom Manuel, dan setelah dinyatakan
tidak terbukti melakukan hal-hal yang dituduhkan kepadanya, dia dikirim kembali
ke Ternate untuk menduduki singgasananya lagi. Akan tetapi dalam perjalanannya
dia wafat di Malaka pada tahun 1545. Namun sebelum wafat, dia menyerahkan Pulau
Ambon kepada orang Portugis yang menjadi ayah baptisnya, Jordao de Freitas.
Akhirnya orang-orang Portugis yang membunuh Sultan Ternate Hairun (1535-1570)
pada tahun 1570, diusir dari Ternate pada tahun 1575 setelah terjadi
pengepungan selama 5 tahun, mereka kemudian pindah ke Tidore dan membangun
benteng baru pada tahun 1578. Akan tetapi Ambonlah yang kemudian menjadi pusat
utama kegiatan-kegiatan Portugis di Maluku sesudah itu. Ternate sementara itu
menjadi sebuah negara yang gigih menganut islam dan anti Portugis dibawah
pemerintahan Sultan Baab Ullah (1570-1583) dan putranya Sultan Said ad-Din Berkat Syah (1584-1606).
Portugis juga terlibat perang dan
terkepung di Solor. Pada tahun 1562, para pendeta Dominik membangun benteng
dari batang kelapa disana, yang pada tahun berikutnnya dibakar para penyerang
beragama islam dari Jawa. Namun orang-orang Dominik tetap bertahan dan segera
membangun ulang benteng dari bahan yang lebih kuat dan mulai melakukan
kristenisasi pada penduduk lokal.Pada tahun sesudahnya, muncul
serangan-serangan dari Jawa. Masyarakat Solor sendiripun tidak secara
keseluruhan menyenangi orang-orang Portugis atau agama mereka sehingga
seringkali muncul perlawanan. Pada tahun 1598-1599, pemberontakan besar-besaran
dari orang Solor memaksa pihak Portugis mengirimkan sebuah aramada yang terdiri
dari 90 kapal untuk menundukkan para pemberontak itu. Namun Portugis tetap
menduduki benteng-benteng mereka di Solor sampai diusir oleh Belanda pada tahun
1613 dan setelah itu Portugis melakukan pendudukan kembali pada tahun 1636.
Diantara para petualang Portugis tersebut
ada seorang Eropa yang tugasnya memprakarsai suatu perubahan yang tetap di
Indonesia Timur. Orang ini bernama Francis Xavier (1506-1552) dan Santo Ignaius
Loyola mendirikan orde Jesuit. Pada tahun 1546-1547, Xavier bekerja di
tengah-tengah orang Ambon Ternate dan Moro untuk meletakkan dasar-dasar bagi
suatu misi yang tetap disana. Pada tahun 1560an terdapat sekitar 10.000 orang
katolik di wilayah itu dan pada tahun 15901n terdapat 50.000an orang.
Orang-orang Dominik juga cukup sukses mengkristenkan Solor. Pada tahun 1590an
orang-orang Portugis dan penduduk lokal yang beragama Kristen di sana
diperkirakan mencapai 25.000 orang.
Di Maluku Portugis meninggalkan beberapa
pengaruh kebudayaan mereka yaitu balada-balada keroncong romantis yang
dinyanyikan dengan iringan gitar berasal dari kebudayaan Portugis. Kosa kata
Indonesia juga ada yang berasla dari bahasa Portugis yaitu pesta, sabun,
bendera, meja, Minggu, dll. Hal ini mencerminkan peranan bahasa Portugis
disamping bahasa Melayu sebagai lingua
franca di seluruh pelosok nusantara sampai awal abad XIX. Bahkan di Ambon
masih banyak ditemukan nama-nama keluarga yang berasla dari Portugis seperti da
Costa, Dias, de Fretas, Gonsalves, Mendoza, Rodriguez, da Silva, dll. Jadi
pengaruh besar kedatangan Portugis ke Indonesia yaitu terganggu dan kacaunya
jaringan perdagangan sebagai akibat ditaklukannya Malaka oleh mereka serta
penanaman agama Katolik di beberapa daerah timur di Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar