BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Umumnya
bangsa-bangsa yang mayoritas penduduknya beragama Islam tinggal di
negeri-negeri yang sedang berkembang, termasuk di Indonesia. Di Indonesia
orang-orang Islam mulai menyadari bahwa mereka tidak akan mungkin dapat berkompetisi
dengan kekuatan-kekuatan yang menantang dari pihak kolonialisme Belanda,
penetrasi Kristen dan perjuangan untuk maju di bagian-bagian lain di Asia
apabila mereka terus melanjutkan kegiatan dengan cara-cara tradisional dalam
menegakkan Islam. Mereka mulai menyadari perlunya perubahan-perubahan untuk
mengatasi pengaruh Barat dalam ilmu pengetahuan serta dalam memperluas daerah
pengaruh atau dengan mempergunakan metode-metode baru yang telah dibawa ke
Indonesia oleh kekuasaan kolonial serta pihak missi Kristen.
Orang-orang
Indonesia melakukan berbagai Gerakan Islam di Indonesia. Gerakan Islam di
Indonesia tidaklah dimulai dengan tahun 1911 dengan berdirinya Sarekat Dagang
Islam, atau tahun 1912 dengan berdirinya Muhammadiyah, atau tahun 1906 dengan
terbitnya majalah Al-Imam (di
Singapura), atau tahun 1911 dengan terbitnya majalah Al-Munir di Padang, atau dengan dibangunya sekolah Adabiyah di kota
tersebut, atau tahun 1905 dengan berdirinya sekolah mi’at Khair (Djami’at
Chair) di Jakarta. Tahun-tahun ini adalah tahun-tahun resmi berdirinya
organisasi, sekolah atau terbitnya majalah yang bersangkutan. Namun pemikiran,
gerakan permulaan baik berupa ajakan ataupun anjuran yang baik dari perorangan
atau kelompok masyarakat, umumnya lebih dahulu dari tahun-tahun resmi tersebut.
Salah satu
sebuah organisasi yang terpenting di Indonesia sebelum Perang Dunia II dan
mungkin juga sampai saat ini adalah Muhammadiyah. Muhammadiyah sebagai
organisasi Islam modern atau reformis jelas menempati posisi dan peran
kesejarahan yang khas di Indonesia maupun dunia. Untuk itu itu pada makalah ini
akan mengkaji lebih jelas mengenai perkembangan Muhammadiyah dalam pergerakan
nasional Indonesia.
- Rumusan Masalah
- Bagaimana
Latar Belakang berdirinya Muhammadiyah ?
- Bagaimana
perkembangan Muhammadiyah dalam pergerakan nasional Indonesia ?
- Bagaimana
peran dan perkembangan Muhammadiyah dewasa ini ?
- Tujuan
Menjelaskan
mengenai perkembangan Muhammadiyah dari awal terbentuknya hingga sekarang dan
hubungannya dengan pergerkan nasional Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
- Latar Belakang berdirinya Muhammadiyah
Muhammadiyah
adalah gerakan modernis Islam yang paling berpengaruh di Indonesia dan gerakan
ini lebih berhati-hati serta lentur dalam menghadapi gelombang perubahan
politik. Organisasi ini didirkan di Yogyakarta pada tanggal 18 November 1912
oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan atas saran yang diajukan oleh murid-muridnya dan
beberapa orang anggota Budi Utomo[1]
untuk medirikan suatu lembaga pendidikan yang bersifat permanen.
1.
Sejarah terbentuknya Muhammadiyah
Kyai Haji
Ahmad Dahlan lahir di Yogyakarta pada tahun 1869 dengan nama Muhammad Darwis,
anak dari seorang Kyai Haji Abubakar bin Kyai Sulaiman yang menjadi khatib di
masjid Sultan di kota Yogyakarta. Ibunya adalah anak Haji Ibrahin yang
merupakan seorang penghulu. Setelah beliau menyeledaikan pendidikan dasarnya
dalam nahu, fiqh, dan tafsir di yogyakarta, beliau pergi ke Mekkah tahun 1890
dimana beliau belajar selama setahun.
Kyai Haji
Ahmad Dahlan telah menghayati cita-cita pembaharuan sekembali dari hajinya yang
pertama. Tidak dapat kita buktikan dengan pasti, apakah ia sampai pada
pemikiran dan pembahruan itu secara perorangan atau dipengaruhi oleh
orang-orang lain dalam hal ini. beliau mulai mentrodusir cita-citanya itu
mula-mula dengan mengubah arah orang bersembahyang kepada kiblat yang
sebenarnya (sebelumnya arah sembahyang biasanya ke Barat). Beliau juga mulai mengorganisir
teman-temannya di daerah Kauman untuk melakukan pekerjaan suka rela dalam
memperbaiki kondisi daerahnya dengan mempernaiki dan membersihkan jalan-jalan
dan parit-parit.
Perubahan-perubahan
ini memperlihatkan kesadaran Kyai Haji Ahmad Dahlan tentang perlunya membuang
kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik dan menurut pendapatnya memang tidak sesuai
dengan Islam. Perubahan-perubahan ini tidak perlu datang dari pengaruh
orang-orang lain, sebab kaum tradisi (dan kitab-kitab mereja juga) mengakui
bahwa kiblat haruslah menuju ke arah ka’bah.
Pada saat itu, Kyai Haji Ahmad
Dahlan gagl dalam merealisasikan perubahan kiblat di masjid Sultan di
Yogyakarta. Beliau memang dapat membangun langgarnya sendiri dengan meletakan
kiblat yang tepat, tetapi perubahan ini tidak disenangi oleh penghulu Kyai Haji
Mohammad Halil, yang memerintahkan untuk membinasakan langgar tersevut. Setelah
Kyai Haji Ahmad Dahlan merasa kecewa terhadap perlakuan tersebut, beliau
akhirnya meninggalkan Yogyakarta. Tetapi untunglah seorang keluarganya
menghalangi maksudnya dan membangunkan untuknya sebuah langgar yang lain dengan
jaminan bahwa beliau dapat mengajarkan dan mempraktekan agama menurut
keyakinannya sendiri. Kemudia beliau
menggantikan ayahnya sebagai Khatib di masjid Sultan. [2]
Tetapi inbi bukanlah satu-satunya pekerjaan beliau sebab be;iau juga aktif
berdagang batik.
Dalam tahun 1909, beliau masuk dalam Budi Utomo
dengan maksud memberikan pelajaran agama kepada angota-anggotanya. Dengan
begitu, beliau berharap dapat memberikan pelajaran agama di sekolah-seolah
pemerintah, oleh sebab anggota-anggota Budi Utomo itu pada umunya bekerja di
sekolah-sekolah yang didirikan oleh pemerintah dan juga kantor-kantor
pemerintah. Beliau juga berharap agar guru-guru sekolah yang diajarnya dapat
meneruskan isi pelajarannya kepada murid-murid mereka. Pelajaran-pelajaran yang
diberikan Kyai Haji Ahmad Dahlan telah memenuhi keperluan-keperluan
anggota-anggota Budi Utomo, sebagai bukti dari saran mereka agar ia membuka
sebuah sekolah sendiri, yang diatur dengan rapi dan didukung oleh organisasi
yang bersifat permanen untuk menghindarkan nasib kebnyakan pesantren
tradisional yang terpaksa ditutup apabila Kyai yang bersangkutan meninggal.
2.
Arti Nama Muhammadiyah
Kata Muhammadiyah secara bahasa berarti ”pengikut Nabi Muhammad”. Ketika
Kkelahiranya memakai ejaan lama ”Moehammadijah”, dalam keputusan Kongres ke-19
tahun 1330 di Minagkabau dengan merujuk pada Kongres ke-14, disebutkan bahwa
ejaan lafadz perhimupnan ialah ”Moehammadijah”. Setelah kemerdekaan kemudian berubah
menjadi ”Muhammadiyah” sebagaimana kini berlaku secara baku.
3.
Tujuan
Sebagai
sebuah gerakan Islam, Muhammadiyah mendasri gerakannya kepada sumber poko
ajaran Islam yaitu al-Quran dan as-Sunnah. Organisasi memepunyai maksud
menyebarkan ajaran Nabi Muhammad saw kepada penduduk bumiputera dan memajukan
hal agama Islam kepada angota-anggotanya. Untuk mencapai hal tersebut,
organisasi ini bermaksud mendirikan lembaga-lembaga pendidikan, mengadakan
rapat-rapat dan tabliqh dimana dibicarakab masalah-masalah Islam, mendirikan
wakaf dan masjid-masjid serta menerbitkan buku-buku, brosur-brosur, surat-surat
kabar dan majalah.[3]
- Perkembangan Muhammadiyah dalam Pergerakan Nasional Indonesia
Pada waktu
Muhammadiyah didirikan, keadaan masyarakat Islam sangat menyedihkan, baik dalam
bidang politik, sosial, ekonomi, maupun kultural akibat penjajahan Belandsa di
Indonesia. Dalam bidang agama, kehidupan beragama menurut tuntunan al-Quran dan
as-Sunnah tidak berjalan karena adanya perbuatan syirik, bid’ah, kurafat, dan
tahayul sehingga agama Islam berada dalam keadaan beku. Di bidang pendidikan,
lembaga pendidikan Islam yang ada tidak dapat memenuhi tuntutan dan kemajuan
zaman, disebabkan sikap mengisolasi diri dari pengaruh luar serta adanya sistem
pendidikan yang tidak sesuai dengan panggilan zaman.
Muhammadiyah
memiliki beberapa organisasi otonom yang berdiri sendiri dalam lingkungan
Muhammadiyah. Organisasi otonom tersebut betul-betul otonom dalam ruang lingkup
masing-masing. Mungkin saja organisasi otonom tersebut dapat digolongkan
menjadi organisasi pendamping dan organisasi kader. Yang dimaksud dengan
organisasi pendamping ialah Aisyah 9wanita) yang bahu-membahu dengan
Muhammadiyah dalam mencapai cita-cita organisasi. Sedangkan organisasi kader
yang akan melanjutkan perjuangan Muhammadiyah di masa depan. Organisasi otonom
tersebut ialah :
·
’Aisyah
(wanita)
·
Pemuda
Muhammadiyah
·
Nasyitul
’Aisyah (puteri)
·
Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah
·
Ikatan
Remaja Muhammadiyah
·
Tapak
suci Putera Muhammadiyah (perguruan pencak silat)
Muhammadiyah
dalam perkembangan berikutnya dikenal luas oleh masyarakat maupun para peneliti
dan penulis sebagai gerakan Islam pembaruan atau gerakan tajdid. Muhammadiyah
karena memiliki watak pembaruan dikenal pula sebagai gerakan reformasi dan
gerakan modernisme Islam, yang berkiprah dalam mewujudkan ajaean Islam senafas
dengan semangat kemajuan dan kemoderenan saat itu. Selain itu Muhammadiyah
dikenal juga sebagai gerakan dakwahyang bergerak dalam menyebarluaskan dan
mewujudkan ajaran Islam dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. dan tidak
bergerak dalam lapangan politik. Sifat-sifat sosial dan pendidikan Muhammadiyah
memanglah telah ada pada masa-masa ini.
Daerah
operasi oragnisasi Muhammadiyah mulai diluaskan setelah tahun 1917. Pada tahun
itu Budi Utomo mengadakan kongresnya di Yogyakarta ketika Kyai Haji Ahmad Dahlan mendapatkan
simpati dalam kongres tersebut.
- Muhammadiyah Masa
Kependudukan Jepang
Pada masa kependudukan Jepang,
Muhammadiyah sebagai organisasi agama di Indonesia mendapatkan dukungan dari
pemerintah Jepang. Sebaliknya banyak partai politik yang ada dibubarkan,
sedangkan Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama’ diberi izin untuk mengelola
pendidikan Muslim di atas tingkat pendidikan dasar. Pemerintah Jepang juga
mendirikan kelompok milisi Muslim dengan lambing bulan sabit dan matahari
terbit yang melambangkan perjuangna jihad bersama Jepang dalam menghadapi
kekuatan Barat.[4]
Melalui K.H Mas Mansur, Muhammadiyah
memiliki wakil dan peranan penting dalam Pusat Tenaga Rakyat (Putera). Selain
itu, melalui Ki Bagus Hadikusumo Muhammadiyah tetap dapat menunjukkan sikap
kritis, yakni terkait dengan penolakan pada aturan-aturan penghormatan kepada
Tenno Haika dengan membungkukkan badan kearah matahari terbit (seikirei).[5] Atas ultimatum Ki Bagus Hadikusumo segera
dipanggil Gunseikan atau Gubernur Militer di Yogyakarta. Akhirnya persoalan
pelik tersebut dapat diatasi.
Menjelang meletusnya Perang Dunia II
tahun 1939, kedududkan Pemerintah Hindia –Belanda goyah karenan semakin
gencarnya desakan perjuangan kebangsaan Indonesia. Sebelum melakukan ekspansi
ke Negara-negara di Asia Tenggara, Jepang telah mengambil langkah awal yaitu
sejak pertengahan tahun 1920-an. Sejak pertengan tahun 1920-an dan seterusnya,
lembaga-lembaga Islam dan majalah-majalah Islam mulai muncul di Jepang.[6]
Pada tahun 1938 Jepang mengundang tokoh-tokoh Islam dari beberapa Negara,
termasuk Indonesia untuk menghadiri peresmian masjid di Tokyo. Usaha-usaha
Jepang tersebut merupakan rencana awal ekspansiinisme Dai Nippon.[7]
Pada saat Muhammadiyah dibawah pimpinan
Mas Mansur, Jepang menyerbiu Indonesia. Jepang menyatakan perang kepada Sekutu
setelah menyerang pangkalan Armada Amerika Serikat di Pearl Harbour. Akhirnya
sekutu menyerah tanpa syarat pada 8 Maret 1942 di Kalijati.
Agar mendapat simpati dari umat Islam,
maka Jepang berlalku lunak kepada Muhammadiyah. Gerakan dakwah Islam yang
dilakukan Mughammadiyah berjalan biasa. Organisasi Aisyiyah, Pemuda
Muhammadiyah, Hizbul Wathan, diberi kesempatan mengembangkan dirinya. Lain
halnya dengan umat Katolik dan Kristen, yang pada waktu itu yang mendapatkan
perlakuan yang sama dengan orang-orang Belanda yang seagama.
Jepang berusaha menghilangkan kesan
bahwa kehadiran mereka tidaklah untuk menjajah, melanikan sebagai pelindung
Asia atau saudara Tua Indonesia. Upaya
Jepang terdiri atas, yang pertama Jepang mengikutsertakan tokoh-tokoh
kebangsaan organisasi atau lembaga dalam pemerintahan Jepang. Kedua, penggunaan
bahasa Indonesia disamping bahasa Jepang sebagai bahasa resmi dalam
lembaga-lembaga pemerintahan. Pada tanggal 20 Mei 1942 Jepang mengeluarkan UU
Nomor 3 dan 4 yang melarang organisasi pergerakan rakyat Indonesia aktif.
Sebagai penggantinya Jepang memebentuk Putera yang dipimpin empat serangkai.
Salah satu empat serangkai tersebut adalah Mas Mansur, sehingga jabatan
pengurus Besar Muhammadiyah diserahkan kepada wakil ketua, yaitu Ki Bagus
Hadikusumo.
Selain aktif di Putera, banyak orang
Muhammadiyah yang diangkat dan menduduki pasukan Pembela Tanah Air (Peta),
menjadi Cu Dan Co, latihan militer (sainendan dan keibondan). Dalam menempuh
perjuangan Muhammadiyah tidak melepaskan diri dari organisasi-organisasi Islam
yang senafas.[8]
Pada 10 September 1943 Pemerintahan
Jepang mengumumkan status hokum Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama’.[9]
Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama’ tetap melakukan kegiatan dan MIAI sejak
Oktober telah dilarang oleh pemerintah tanpa alas an yang jelas.[10]
Pada 6 April 1943 Muhammadiyah mengubah tujuannya sesuai dengan kepercayaan
untuk mendirikan kemakmuran bersama seluruh Asia Raya, dibawah pimpinan Dai
Nippon. Tujuan tersebut terdiri atas:
a. Hendak
mengajarkan agama Islam serta melatih hidup yang selaras dengan tuntunannya.
b. Hendak
melakukan pekerjaan perbaikan umum.
c. Hendak
memajukan pengetahuan dan kepandaian serta budi pekerti yang baik kepada
anggota-anggotanya.[11]
Pada tahun 1944 diselenggarakan
kongres darurat di Yogyakarta untuk mengetahui perkembangan organisasi
Muhammadiya. Muhammadiyah telah menggunakan istilah Indonesia dalam anggaran
dasar sejak tahun 1941. Hal tersebut merupakan upaya untuk memperjuangkan
Indonesia yang berdaulat. Sebelum tahun
1940-an istilah Indonesia belum digunakan, tetapi setelah tahun 1940 kalangan
Islam dan kebangsaan mulai mempergunakan istilah Indonesia. Dalam perjalannya
Muhammadiyah sebagai oerganisasi Islam di Indonesia berperan penting dalam
membangun masyarakat Indonesia, seperti:
a. Mendirikan
masjid-masjid dan pendirian-pendirian lain untuk tempat ibadah.
b. Mendirikan
dan mengatur pendirian-pendirian untuk pengajaran agama Islam dan Umum.
c. Menyiarkan
citakan buat tablig dan pendidikan umum.
d. Mengadakan
rapat tentang agama.
e. Mengusahakan
rumah yatim, rumah miskin, balai kesehatan, dan lain-lain pekerjaan amal yang
baik dan umum.
f. Melakukan
lain-lain pekerjaan juga yang perlu untuk menyampaikan tujuannya.[12]
Dalam kondisi politik yang tidak
menentu, di mana posisi organisasi social pribumi sangat memungkinkan
sikap-sikap politik ormas seperti Muhammadiyah hanya formalitas. Muhammadiyah
mengakui kekuatan pemerintah, tetapi bersifat simbolik. Dukungan terhadap Dai Nippon
diberikan kepada Jepang dengan syarat bahwa Jepang dilarang menghina agama
Islam. Kerjasama yang di galang pemerintah Jepang diterima oleh pemuda
Muhammadiyah asalkan tidak bekerjasama dalam bidang keagamaan.
Pada November 1943 Jepang mendirikan
Masyumi untuk menyatukan dan mengkoordinir seluruh pergerakan muslim.beberapa
fungsi administrasi dan kemiliteran yang diberikan kepada sejumlah muslim
menguatkan posisi muslim di masa selanjutnya. Muhhamdiyah pun tetap aktif
hingga saat ini.
D.
Muhhamadiyah
Dewasa Ini
Setelah satu abad berdirinya
Muhammadiyah, organisasi keagamaan ini tetap eksis hingga sekarang. Posisi
Muhammadiyah dalam dinamika dan permasalahan kehidupan nasional, global, dan
dunia Islam memegang peran penting dalam kemajuan bangsa, hal ini dapat dilihat
dari peran Muhammadiyah secara umum, yaitu:
a. Pertama, Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid
terus mendorong tumbuhnya gerakan pemurnian ajaran Islam dalam masalah yang
baku (al-tsawabit) dan pengembangan pemikiran dalam masalah-masalah
ijtihadiyah yang menitikberatkan aktivitasnya pada dakwah amar makruf nahi
munkar.
b. Kedua, Muhammadiyah sebagai gerakan Islam
dengan semangat tajdid yang dimilikinya terus mendorong tumbuhnya pemikiran
Islam secara sehat dalam berbagai bidang kehidupan.
c. Ketiga, sebagai salah satu komponen bangsa,
Muhammadiyah bertanggung jawab atas berbagai upaya untuk tercapainya cita-cita
bangsa dan Negara.
d. Keempat, sebagai warga Dunia Islam,
Muhammadiyah bertanggung jawab atas terwujudnya kemajuan umat Islam di segala
bidang kehidupan, bebas dari ketertinggalan, keterasingan, dan
keteraniayaan dalam percaturan dan peradaban global.
e. Kelima, sebagai warga dunia, Muhammadiyah
senantiasa bertanggungjawab atas terciptanya tatanan dunia yang adil,
sejahtera, dan berperadaban tinggi sesuai dengan misi membawa pesan Islam
sebagai rahmatan lil-alamin.[13]
Dewasa
ini Muhammadiyah sebagai salah satu organiusasi Islam terbesar di Indonesia
banyak melaksanakan kegiatan-kegiatan, seperti peningkatan kesehatan dengan
mendirikan rumahsakit-rumasakit Islam, dalam pendidikan Muhammadiyah juga
,mendirikan sekolah dari tingkat TK hingga erguruan tinggi. Muhammadaiyah
tumbuh menjadi organisasi yang penting dalam kehidupan bangsa Indonesia.
Meskipun Muhammadiyah tidak terlibat politik kekuasaan, tetapi Muhammadiyah
terlibat dalam politik cultural. Muhammadiyah yang saat ini lebih banyak
memberikan saran moral dan tidak akan pernah terlibat politik praktis.
BAB III
KESIMPULAN
Muhammadiyah adalah gerakan modernis Islam yang paling
berpengaruh di Indonesia dan gerakan ini lebih berhati-hati serta lentur dalam
menghadapi gelombang perubahan politik. Organisasi ini didirkan di Yogyakarta
pada tanggal 18 November 1912 oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan atas saran yang
diajukan oleh murid-muridnya dan beberapa orang anggota Budi Utomo.
Muhammadiyah dalam perkembangan berikutnya dikenal luas
oleh masyarakat maupun para peneliti dan penulis sebagai gerakan Islam
pembaruan atau gerakan tajdid. Muhammadiyah karena memiliki watak pembaruan
dikenal pula sebagai gerakan reformasi dan gerakan modernisme Islam, yang
berkiprah dalam mewujudkan ajaean Islam senafas dengan semangat kemajuan dan
kemoderenan saat itu. Selain itu Muhammadiyah dikenal juga sebagai gerakan
dakwah yang bergerak dalam menyebarluaskan dan mewujudkan ajaran Islam dalam
berbagai aspek kehidupan masyarakat. dan tidak bergerak dalam lapangan politik.
Pada masa kependudukan Jepang, Muhammadiyah sebagai organisasi agama di
Indonesia mendapatkan dukungan dari pemerintah Jepang.
Dewasa
ini Muhammadiyah sebagai organisasi agama lebih cenderung ikut dalam politik
cultural ketimbang politik yang sesungguhnya. Muhammadiyah tidak ikut dalam
percatuan politik Indonesia, Muhammadiyah lebih memilih memberikan
saran moral dan tidak akan pernah terlibat politik praktis.
DAFTAR PUSTAKA
Benda, Harry J. 1985. The
Crescent and the Risisng Sun, Indonesia Islam Under the Japanese Occupation,
1942-1945. Diterjemahkan Daniel Dhakida.
Jakarta: Dunia Pustakan Jaya.
Ira M Lapidus. 2000. Sejarah
Sosial Ummat Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Nashir,
Haedar. 2010. Muhammadiyah Gerakan Pembaruan.Yogyakarta: Suara Muhammadiyah.
Noer,
Deliar. 1973. Gerakan Modernisasi Islam di Indonesia 1900-1942. Jakarta: LP3ES.
Raiz,
Amin dan Syafi’i Ma’arif. 1996. Dinamika
Pemikiran Islam dan Muhammadiyah (Almanak Muhammadiyah Tahun 1997 M./1417-1418
H.). Yogyakarta: Lembaga Pustaka dan Dokumentasi Pimpinan Pusat
Muhammadiyah.
Suhartono. 2001. Sejarah
Pergerakan Nasional dari Budi Utomo sampai Proklamasi 1908-1945.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Syarifuddin Jurdi. 2010. 1 Abad
Muhammadiyah. Jakarta: Kompas.
Internet:
Muqadimmah.http://www.muhammadiyah.or.id. diunduh pada
Selasa, 25 September 2012 pukul 05.00 WIB.
[1] Budi Utomo didirikan di Jakarta pada
tanggal 20 Mei 1908 oleh Dr. Wahidin Sudirohusodo dan beberapa orang pelajar
sekolah dokter.
[2] tetentang biografi Dahlan lihat
Peringatan 40 tahun Muhammadiyah (Jakarta: Panitia Peringatan 40 tahun
Muhammadiyah, 1952), hal.367, 368.
[3] Javasche Courant, No.71,
4 September 1914.
[4] Ira M Lapidus, 2000, Sejarah
Sosial Ummat Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, hlm.338,.
[5] Syarifuddin Jurdi, 2010, 1 Abad
Muhammadiyah, Jakarta: Kompas, hlm. 110.,
[6] Benda, Harry J, 1985, The
Crescent and the Risisng Sun, Indonesia Islam Under the Japanese Occupation,
1942-1945 diterjemahkan Daniel Dhakidae,
Jakarta: Dunia Pustakan Jaya, hlm. 133.,
[7] Ibid.,
[8] Op.Cit, Syarifuddin Jurdi,hlm. 115.,
[9] Ibid.,hlm.116.,
[11] Ibid.,
[12] Ibid.118.,
[13] Muqadimmah.http://www.muhammadiyah.or.id. diunduh pada Selasa, 25 September
2012 pukul 05.00 WIB.
Izin Copas Gan
BalasHapusIzin copas.
BalasHapusby
andimappintjara7269@gmail.com
Izin copas.
BalasHapusby
andimappintjara7269@gmail.com