A. Deng
Xiaoping sebagai Tokoh Reformasi Cina
Deng Xiao Ping menaiki tangga politik hingga sampai ke puncak
setelah melalui jalan berliku, terjal, dan berbatu-batu. Ia pernah menjadi
teman dekat Mao, tetapi juga pernah menjadi lawan politiknya yang paling
dibenci. Ketika revolusi kebudayaan meletus pada tahun 1966, korban yang
pertama kali terbabat adalah Deng. Sampai-sampai Deng dipaksa bekerja di ladang
di desa-desa pedalaman dan tidur di kandang sapi.
Deng seorang komunis
tulen tetapi berbeda dengan Mao. Deng tidak menganggap politik sebagai panglima.
Bagi Deng, pandangan politik haruslah komunis, tetapi ekonomi tidak harus.
Sebab tujuan pembangunan ekonomi Cina adalah kemakmuran dan kesejahteraan
rakyat. Tidak peduli apakah jalan yang ditempuh untuk itu ditempuh dengan jalan
kapitalis. Berkat pandangan-pandangan Deng yang kapitalis itulah reformasi
ekonomi di Cina Daratan bergemuruh.
Sejak kanak-kanak, sekalipun ia lahir dari
keluarga kaya, Deng peka terhadap penderitaan rakyat. Ia nyaris seperti budha
yang sedih melihat penderitaan orang lain. Orangtuanya pernah berharap
Xiansheng atau Deng kecil menjadi pendeta tetapi Deng memilih politik. Hanya
saja ia politikus yang menganggap politik bukan segala-galanya. Perhatian Deng
lebih pada ekonomi. Kecenderungan ekonominya memang sangat besar,
samapai-sampai ia tidak peduli, apakah jalan yang ditempuh melenceng dari
Marxisme-Leminimisme sehingga tidak disukai ketua Mao.
Dalam membangun ekonomi
Cina dia memiliki tantangan berat yang datang
dari Mao Zedong. Semua jabatan baik dalam partai maupun pemerintahan
ditarik. Deng menjadi sasaran hujatan dan harus diasingkan di pedalaman
Nanchang. Bahkan anak lelakinya Deng Pufang , seorang mahasiswa yang cerdas
mengalami siksaan yang berat. Mao memang tidak menghabisi Deng, konon Deng diselamatkan
oleh sahabatnya PM Zhou Enlai yang berhasil membujuk Mao agar Deng diampuni.
Lelaki kelahiran
Paifangchun, propinsi Sichuan ini, awal 1960 bersama Presiden Liu Shaoqi yang
berpandangan sama yaitu menciutkan anggaran partai komunis Cina untuk mengatasi
kelaparan yang melanda rakyat. Deng dan Shaoqi bisa agak bebas mengambil
kebijaksanaan karena waktu itu ia menjabat Sekjen Partai Komunis Cina sedang
Liu Shaoqi adalah presiden.
Namun sekapitalis atau
semoderatnya Deng Xiao Ping, ia masih seorang komunis yang tetap akan
menegakkan komunisme dan membela ideologi tersebut. Buktinya Deng Pula yang
memerintahkan tentara untuk memberantas para mahasiswa pengunjuk rasa di
Tiananmen karena dianggap sudah kelewat batas dan membahayakan sendi-sendi
komunisme. Orang kemudian tahu terpaksa atau tidak Deng bersekutu dengan
tokoh-tokoh garis keras militer untuk memerangi para pengunjuk rasa yang
sebagian besar mahasiswa. Para pengamat kemudian menyebut Deng seorang reformis
–konservatif.
Namun lepas dari
kekuatan dan kelemahannya, tidak bisa dipungkiri Deng XiaoPing adalah orang
besar Cina setelah Mao. Cita-citanya yang tak pernah padam adalah melihat Cina
yang kaya dan makmur. Orang tidak tahu persis apakah Deng tokoh yang
benar-benar moderat, yang jelas pada tahun 1970-an ia pernah membangun dinding
demokrasi.[1]
Disini rakyat boleh menyampaikan kata hati termasuk mengkritik partai dan
pemerintah. Ketika kritik-kritik itu mulai menyerang dirinya, sekitar 1979,
Deng memerintahkan agar para pengkritik itu ditangkap. Dinding demokrasi
akhirnya tak terlihat lagi.
B. Reformasi
Cina dan peran Deng Xiao Ping didalamnya
Berakhirnya reformasi kebudayaan
yang merupakan masa terkelam dalam sejarah Cina menjadi awal reformasi ekonomi
Deng Xiao Ping. Setelah Mao wafat pada September 1976, pemerintahan sementara
dikuasai oleh Hua Guofeng. Akhirnya Deng Xiao Ping kembali dipanggil untuk
mengimbangi kelompok empat. Kemudian Deng bersama kelompoknya melakukan
transformasi ekonomi menuju kapitalis, yang akhirnya membawa kemajuan-kemajuan
bagi Cina meskipun menghadapi berbagai tantangan juga.
Ada beberapa hal yang menjadi kunci
keberhasilan reformasi ekonomi Cina yaitu pertama Deng melakukan reformasi
secara hati-hati, bertahap, pragmatis dan kesabaran. Dalam melakukan reformasi,
Cina lebih dulu meletakkan arah reformasi dan tidak terburu-buru melihat hasil.
Hal ini tampak dari hasil yang baru dinikmati pada awal tahun 1990an, padahal
reformasi dimulai sejak 18 Desember 1978. Kedua keberhasilan Cina disebabkan
keberhasilam dalam bidang politik, ekonomi, budaya, dan hukum.
a.
Reformasi di bidang politik
Dalam bidang politik, Deng berhasil
mewujudkan stabilitas nasional yang penting dalam menunjang keberhasilan
pembangunan ekonomi, serta adanya dukungan politik terhadap kepemimpinan
nasional. Keberhasilan Cina mampu menghindari benturan sejarah, dengan mengakui
bahwa Cina telah tumbuh melalui tahapan revolusi, rekonstruksi, dan reformasi.
Jadi Cina mengakui bahwa keberhasilan hari ini tidak lepas dari modal sejarah
masa lalu. Itu sebabnya Cina mampu menempatkan pemimpin-pemimpin nasionalnya
pada tempat terhormat, apapun kesalahan dan kekeliruan yang telah dibuatnya
karena jasa mereka tidak bisa dihilangkan oleh kesalahannya. Akhirnya tidak ada
kebencian dan permusuhan antar generasi.
b.
Reformasi di bidang ekonomi
Pertumbuhan ekonomi ini dimulai
ketika Den Xiaoping mengeluarkan kebijakan perombakan tata ekonomi RRC. Gagasan
perombakan ini dituangkan dalam gagasan empat bentuk modernisasi RRC. Empat
bentuk modernisasi ini mencakup bidang pertanian, industri, iptek, dan militer.
Gagasan ini dikemukakan pada sidang pleno ketiga kongres Sentral Komite ke –XI
Partai Komunis Cina (PKC) pada tahun 1978. Sidang ini menjadi arena kritik
kesalahan-kesalahan Mao Tse Tung dalam menangani berbagai masalah, termasuk
bidang ekonomi. Serangan tersebut terutama dilancarkan oleh Deng Xiaoping. Deng
Xiaoping melihat pertumbuhan ekonomi negara-negara tetangga terutama Jepang dan
Korea Selatan lebih maju dibandingkan dengan RRC. Sehingga memberi inspirasi
bagi Deng Xiaoping untuk merekomendasikan perombakan tata ekonomi RRC. Menurut
Deng Xiaoping hal ini perlu dilakukan karena kemunduran ekonomi RRC dapat
memberi peluang terhadap keresahan sosial di dalam negeri, hal ini juga dapat
memberi kesan dan citra negatif bagi RRC.
Reformasi ekonomi dimulai di sektor
pertanian. Pada tahun 1978, Deng kembali menghidupkan kebijakan sistem intensif
Liu Shaoqi yang diperkenalkan pada awal tahun 1960an. Kebijakan ini termasuk
pasar bebas, kepemilikan tanah pribadi, dan tanggung jawab petani dalam
mengatur tanah pertanian mereka sendiri menurut kontrak penetapan quota keluarga
setiap rumah tangga. Kebijakan ini menemukakan dua tipe kontrak (1) baochan
daohu, yang mengharuskan rumah tangga memenuhi quota negara dan keperluan
wilayahnya dan (2) baogan daohu, membolehkan rumah tangga untuk memperoleh
hasil produksi yang lebih setelah terlebih dahulu memenuhi kebutuhan negara dan
desanya.
Pemerintahan Deng juga menghapuskan
sistem komune rakyat dan diganti dengan pemerintahan administrasi setempat.
Keuntungan sistem ini adalah meningkatkan semangat petani untuk bekerja lebih
keras dan meningkatkan pendapatannya. Deng berhasil memperoleh dukungan dari
800 juta petani.
Deng Xiaoping juga lebih
mementingkan hal-hal yang tidak searah pemikiran Mao Tse Tung, seperti
penekanan pentingnya pertumbuhan ekonomi, pemberian kebebasan terbatas,
orientasi keuntungan material, pemekaran kembali nilai-nilai tradisional, dan
konfusianisme. Langkah selanjutnya yang dilaksanakan Deng Xiaoping adalah upaya
mengurangi pengaruh kebijakan Mao yang dianggap merupakan panghalang bagi
kebijakan modernisasi Reformasi di Cina hanya terbatas pada
reformasi ekonomi, dengan membuka ekonomi Cina dengan dunia luar,
memperkenalkan ekonomi pasar, dan mengundang investor asing ke Cina.[2]
Deng Xiaoping yang juga terkenal
sebagai seorang pragmatis mengajak para untuk meninggalkan sementara
masalah-masalah ideologi seperti masalah pertentangan kelas, penguasaan
alat-alat produksi secara ketat oleh negara, dan bentuk penerapan ideologi kaku
lainnya. Di sisi lain Deng Xiaoping mendorong RRC ke arah upaya-upaya
peningkatan produksi nasional meskipun perlu melakukan manajemen kapitalistik
yang sangat kontradiktif dengan ideologi komunis.
Langkah ekonomi reformasi Cina
diikuti dengan mengembangkan industri manufaktur, untuk memperluas dan
meningkatkan usaha kecil menengah dan wiraswasta. Bukan cuma reformasi di
pedesaan, reformasi di perkotaan juga
dilakukan dengan memprioritaskan untuk memperkuat perusahaan negara dengan
memisahkan kepemilikan dari fungsi operasional, memperkenalkan sistem tanggung
jawab kontrak perindustrian, serta perusahaan-perusahaan besar milik negara
dapat dengan sukarela menjadi perusahaan bersama dengan tanggung jawab yang
dibatasi.
Cina
memprioritaskan kepada sektor ekonomi yang dapat menghasilkan
pertumbuhan yang pesat tanpa intervensi pemerintah yang besar. Cina juga
membuka untuk penanaman modal asing (PMA). Untuk membawa Cina ke dalam
perekonomian global, kebijakan yang diambil adalah kebijakan pintu terbuka
(Kaifang Zhenzheb). Tujuan kebijakan ini adalah untuk memperlancar jalannya
modernisasi melalui pengembangan teknologi dan kemampuan serta menarik para
investor. Selain itu, kebijakan pintu terbuka juga menerapkan 3 cara alih
teknologi yaitu joint venture counter trade dan zona eksklusif
khusus. Hasilnya adalah ekspor dan produksi Cina meningkat dengan tajam dan
dalam waktu yang singkat tanpa pengeluaran dana pemerintah yang besar.
Reformasi ekonomi di bidang
administrasi juga dilakukan bertahap dan berhasil mengatasi hiperinflasi dan
depresiasi. Pemerintah juga mendirikan lembaga-lembaga yang memungkinkan untuk
mengendalikan inflasi, juga pembaharuan sistem perbankan dan pengembangan pasar
modal.
c.
Reformasi di bidang budaya
Untuk menciptakan kondisi masyarakat
yang mampu mendukung reformasi ekonomi, Cina juga melakukan reformasi budaya
yang dikenal dengan “Liberalisasi Pikiran”. Masyarakat Cina adalah masyarakat
yang kokoh mempertahankan nilai-nilai tradisional, terutama pengaruh
konfusianisme yang kuat pada petani-petani tradisional. Pengaruh yang kuat ini
disebabkan rentang sejarah panjang, disamping Cina merupakan negara agraris
dengan petani yang mencapai hampir 80% dari penduduk Cina. Reformasi ini
dimaksudkan untuk menyesuaikan sisi-sisi pengaruh konfusianisme dan budaya
petani tradisional yang kurang sesuai dengan semangat pembangunan Cina.
Di satu sisi liberalisasi pikiran
menentang konsep perekonomian terencana dan terpusat yang dianggap unggul,
pengendalian badan-badan usaha oleh pemerintah serta konsep sama rata yang
tidak sejalan dengan konsep laba atau bisnis. Di sisi lain, liberalisasi pikiran mendorong
masyarakat Cina untuk mengaktualisasikan diri, aktualisasi diri itu merupakan
sikap yang bertentangan dengan ajaran konfusianisme yang menekankan ajaran
kebersamaan. Oleh sebab itu Deng mengatakan bahwa “kaya adalah mulia’. Selain
itu, liberalisasi pikiran bertujuan untuk mengikis sikap petani tradisional
yang pada umumnya cepat puas dan berpedoman bahwa hidup bukan untuk bekerja,
tetapi bekerja untuk hidup sehingga kerja tidak untuk mencapai prestasi.
d. Reformasi
di bidang Hukum
Bagi Cina yang amat penting adalah
bagaimana mereka mengawali reformasi dengan penegakan hukum yang konsisten dan
keteladanan poemimpin. Hukum bukan untuk dikompromikan, tetapi dilaksanakan
dengan teguh. Hukum harus dipaksakan, kesadaran baru timbul yang baru kemudian
menjadi kebiasaan. Hukum berlaku bagi semua, termasuk juga
pemerintah-pemerintahnya.
Blog yang menarik, mengingatkan saya akan Deng Xiao Ping, dikenal sebagai “Bapak Reformasi” Tiongkok, Bapak Deng di tahun 1978 mengumumkan kebijaksanaan baru, “Kebijaksanaan Pintu Terbuka”
BalasHapusSaya mencoba menulis blog tentang Deng Xiao Ping, semoga anda juga suka: https://stenote-berkata.blogspot.com/2021/06/wawancara-dengan-bapak-deng.html