BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Gejala-gejala yang dikenal sebagai Kebangkitan Nasional,
tidak hanya disebabkan oleh faktor-faktor dari dalam negeri antara lain adalah
pelaksanaan politik etis yang dijalankan oleh pemerintah Hindia Belanda. Faktor
dari luar negeri antara lain adalah kemenangan bangsa Jepang atas bangsa Rusia
dalam perangnya pada tahun-tahun pertama abad ke-20. Suatu kemenangan yang
dianggap sebagai kemenangan orang Asia (kulit berwarna) terhadap orang Eropa
(kulit putih). [1]
Adanya pengaruh gagasan-gagasan modern, anggota elite nasional
baru, menyadari bahwa perjuangan unuk memajukan bangsa Indonesia harus
dilakukan dengan mempergunakan organisasi modern. Baik pendidikan, perjuangan
politik, perjuangan ekonomi, maupun perjuangan sosial budaya, memerlukan
organisasi. Dari pertumbuhan dan perkembangan organisasi pergerakan kebangsaan
Indonesia seperti Boedi Uetomo, Sarekat Islam, Indische Partji, Perhimpunan
Indonesia, dan lain-lain, tampak bahwa proses pendewasaan konsep nasionalisme
kultural, berkembang menjadi sosio ekonomis, dan memuncak menjadi nasionalisme
politik yang merupakan aspek multidimensional.
Sebuah fenomena sejarah yang merupakan momentum sangat
penting dalam proses penguatan konsep wawasan kebangsaan Indonesia terjadi pada
tanggal 28 Oktober 1928. Adanya kehendak bersama untuk bersatu itu akan
mengatasi alasan-alasan seperti kedaerahan, kesukuan, keturunan, keagamaan, dan
sejenisnya dengan tetap menghormati perbedaan-perbedaan yang ada. Sejak
peristiwa tahun 1928 itu, dunia dikejutkan oleh kemampuan dan kesanggupan
bangsa Indonesia untuk bersatu padu dalam kemajuan.
Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, merupakan
momentum kebangkitan nasionalisme yang luar biasa. Sesudah pergelaran Sumpah
Pemuda maka semangat kenasionalan ini muncul dalam jiwa pemuda-pemuda bangsa
sehingga tercipta kemerdekaan setelah berates-ratus tahun negara ini dibawah
kekuasaan asing. Peran serta kontribusi dari Sumpah pemuda terhadap bangsa
Indonesia merupakan topic yang menarik untuk dikaji lebih ,mendalam.
B.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
sejarah lahir dan berkembangnya Sumpah Pemuda?
2. Bagaimana
Sumpah Pemuda mempengaruhi Pergerakan Nasional Indonesia?
3. Bagaimana
Sumpah Pemuda dapat berpengaruh terhadap integrasi Indonesia?
C.
Tujuan
1.
Mengetahui sejarah
lahir dan berkembangnya Sumpah Pemuda
2.
Mengetahui Sumpah
Pemuda mempengaruhi Pergerakan Nasional Indonesia
3.
Mengetahui Sumpah Pemuda dapat berpengaruh terhadap
integrasi Indonesia
4.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Lahir
dan Berkembangnya Sumpah Pemuda
Sejak kedatangan para penjajah
Keadaan bangsa Indonesia sangat sengsara. Para penjajah melakukan monopoli
perdagangan di Indonesia dengan cara kekerasan. Selain itu, Belanda juga
melakukan politik devide et impera sehingga dapat menaklukkan semua kerajaan di
Indonesia dan menjadi terpecah-pecah. Dalam pemerintahannya, Belanda juga
menerapkan sistem tanam paksa.Sehingga rakyat semakin sengsara dan miskin.
Kelihatannya Indonesia sebagai jajahan Belanda memperoleh kemajuan, akan tetapi
rakyat Indonesia tetap miskin sebab gaji para karyawan Indonesia baik di
perusahaan swasta maupun dalam administrasi pemerintahan tetap rendah sekali.
Sehingga rakyat melarat dan penghasilan di bawah minimum.
Keadaan yang demikian tidak membuat
para tokoh pemuda untuk berdiam saja.Para pemuda membentuk
perkumpulan-perkumpulan (organisasi) untuk menghadapi kekejaman pemerintah
Belanda. Pada permulaan abad ke 20, telah terdapat tanda-tanda akan bangkitnya
kembali rakyat Indonesia. Kebangkitan tersebut bermula dengan adanya sosok
Kartini yang ingin memperbaiki keadaan
bangsa Indonesia. Bangkitnya bangsa Indonesia tidak terlepas dari cita-cita
Kartini.Buku Kartini yang berisikan surat-surat yang berjudul Habis Gelap
Terbitlah Terang telah membawa pengaruh bagi para pemuda dan pemimpin-pemimpin
Indonesia serta bagi kaum terpelajar Belanda.
Dengan mulainya abad ke-20, mulai pulalah suatu masa baru
bagi rakyat Indonesia. Dalam masa baru itu
pemimpin-pemimpin rakyat memperjuangkan nasib bangsanya yang selama berabad-abad telah dilakukan oleh nenek moyang kita,
dengan melakukan perlawanan bersenjata. Kini perjuangan merupakan suatu
perjuangan politik dengan mempergunakan cara-cara dan sarana-sarana modern.[2]
Pada tahun 1906 Dr. Wahidin
Sudirohusodo mulai memajukan propaganda dalam memajukan bangsa Jawa melalui
perluasan pengajaran.Berkat dorongan Dr. Wahidin Sudirohusodo, pada tanggal 20
Mei 1908, untuk pertama kali didirikan perkumpulan dengan sebutan Budi Utomo
oleh Dokter Sutomo dan kawan-kawan.Sehingga mulailah zaman baru di Indonesia
yaitu zaman pergerakan Indonesia.Selain itu dididrikan pula organisasi Sarekat
Dangang Indonesia oleh Haji Samanhudi.Lantas selanjutnya diubah namanya menjadi
Sarekat Islam.SI mempunyai banyak pengikut.Berdirinya Budi Utomo kemudian
diikuti oleh perkumpulan-perkumpulan lain di daerah-daerah seperti Pasundan,
Sarekat Sumatra, perkumpulan Ambon, perkumpulan Minahasa, dan sebagainya.Hali
ini dikarenkanan adanya sifat yang masih kedaerahan bangsa Indonesia.Selain
itu, golongan agama punmulai bergerak dengan berdirinya organisasi Muhammadiyah
yang didiirikan oleh K.H Ahmad Dahlan pada tanggal 18 November 1912.Oprganisasi
ini tidak bergerak di bidang politik, melainkan di bidang sosial, pendidikan,
dan agama.Tidak kalah dengan kaum pria, wanita pun mendirikaan perkumpulan
wanita yang bernama Putri Mardika, Kautamaan Istri, Parwiyatan wanita, Wanito
Hadi, dan sebagainya.[3]
Tujuh tahun setelah didirikannya Budi
Utomo, pemuda Indonesia mulai bangkit meskipun masih dalam suasana kesukuan/
kedaerahan. Pada tanggal 7 Maret 1915 Satiman bersama Kadarman dan Sunardi
mendirikan perkumpulan pelajar bernama Tri Koro Dharmo yang artinya tiga tujuan
mulia (sakti, budi, bakti). Kemudian Tri Koro Dharmo dirubah namanya menjadi
Jong Java pada kongres di Solo tahun 1918 karena untuk mencita-citakan
persatuan Jawa Raya (Sunda, Jawa, Madura, dan Bali). Selain Jong Java telah
terbentuk pula perkumpulan pelajar bernama Sumatranen Bond yang mempunyai
cabang di Padang dan Bukittinggi. Kemudian disusul dengan berdirinya
perkumpulan pemuda kedaerahan seperti Jong Batak, Jong Minahasa, Jong Celebes,
Jong Ambon, Sekar Rukun, dan Pemuda Kaum Betawi. Selain itu berdiri pula Jong
Islamieten Bond (JIB) yang didirikan oleh bekas ketua Jong Java yaitu Sam. JIB
turut memegang peranan dalam Sumpah Pemuda. Pada tahun 1908 para mahasiswa yang
belajar di Belanda juga mendirikan organisasi yang disebut Perhimpunan
Indonesia.
Pada tanggal 30 April- 2 Mei 1926,
terjadi Kongres Pemuda I. Dalam kongres ini terdiri dari
perkumpulan-perkumpulan pemuda yang kemudian bersatu dan melakukan kongres I di
Jakarta.Kongres tersebut dipimpin oleh M. Tabrani dengan tujuan kongres
memajukan paham persatuan bangsa dan mengeratkan hubungan antara semua
perkumpulan pemuda kebangsaan. Sesudah kongres selesai, mahasiswa-mahasiswa
Indonesia di Jakarta mendirikan
perkumpulan mahasiswa yang bernama Perhimpunan Pelajar-pelajar Indonesia
(PPPI). Tujuan dibentuknya PPPI ini yaitu untuk persatuan bangsa Indonesia
terutama dikalangan pemuda. Tokoh PPPI antara lain Sigit, Sugondo, Suwiryo, S.
Reksodiputro, Muh. Yamin, Amir Syarifudin, dan sebagainya.
Perkembangan nasionalisme Indonesia
terjadi secara simultan, bukan saja menjangkau partai-partai politik tetapi
juga organisasi-organisasi pemuda. Bersamaan dengan pembentukan PNI dan PPPKI,
organisasi pemuda berada dalam proses politisasi yang makin meningkat. Para
pelajar dan mahasiswa dari organisasi mulai bergabung dalam suatu wadah yang
bernama Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI).Para pemuda telah sepakat
bahwa waktu pencetusan Sumpah Pemuda telah matang.Sumpah pemuda bukan hanya
hasil perjuangan pemuda saja tetapi merupakan hasil perjuangan bangsa Indonesia
secara keseluruhan.
Sumpah pemuda merupakan titik
kulminasi perjuangan nasional karena syarat mutlak berhasilnya perjuangan
bangsa dan bagi kelangsungan hidup bangsa Indonesia sebagai bangsa besar.Sumpah
pemuda dicetuskan oleh para pemuda merupakan suatu kehormatan besar bagi pemuda
dimanapemuda adalah eksponen perjuangan nasional dan perjuangan pemuda
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perjuangan bangsa secara
keseluruhan.
Pada Kongres Pemuda II tanggal
26-28 Oktober 1928 dihadiri oleh sembilan organisasi pemuda dan sejumlah tokoh
politik.Kongres tersebut merupakan puncak integrasi ideologi nasional dan
merupakan peristiwa nasional.Kongres tersebut membawa semangat nasionalisme ke
tingkat yang lebih tinggi karena utusan yang datang mengucapkan sumpah setia “Satu
Nusa, Satu Bangsa, dan Satu Bahasa Indonesia.”Di dalam penutupan kongres
tersebut dikumandangkan lagu Indonesia Raya ciptaan W.R Supratman.Simbol
kebangsaan lainnya yaitu bendera Merah Putih dikibarkan untuk mengiringi lagu
kebangsaan tersebut sehingga tercipta kesan yang mendalam bagi para pemuda yang
hadir dalam kongres tersebut.Selain itu, sumpah pemuda merupakan produk kaum
intelegensi yang menjadi aktor intelektual “drama nasionalisme” Indonesia.Sumpah
Pemuda mencakup tiga pengertian yang merupakan kesatuan yaitu pengertian
wilayah, bangsa yang merupakan massa dan bahasa sebagai alat komunikasi yang
homogin. Nilai dasar yang terkandung dalam sumpah pemuda yang mencakup
kebebasan, kemandirian, dan kebersamaan.
Dua tahun setelah sumpah pemuda,
gerakan pemuda menginjak fase perjuangan baru dalam kenyataannya yaitu fase
perjuangan yang dijiwai oleh cita-cita sumpah pemuda yaitu cita-cita persatuan
berdasarkan kebangsaan Indonesia.Pada tahun 1931, Indonesia Muda mengadakan
kongres di Yogyakarta.Dalam kongres tersebut membahas mengenai perselisihan
antara kaum tua yaitu Sartono yang mendirikan Partindo setelah PNI dibubarkan
dan bekas anggota lainnya mendirikan Pendidikan Nasional Indonesia dibawah
pimpinan Moh.Hatta.
B.Sumpah pemuda dan Pengaruhnya Bagi Pergerakan Nasional
Lainnya
Kelahiran organisasi pergerakan kebangsaan pertama,
walaupun dalam masa selanjutnya di ambil alih oleh golongan tua, telah
mengilhami munculnya gerakan-gerakan pemuda lainnya di Indonesia untuk masa
selanjutnya. Gerakan pemuda itu berkembang sedemikian rupa hingga mengarah pada
suatu kesepakatan nasional dalam bentuk sumpah bersama untuk nusa dan bangsa,
tanah air dan bahasanya yang sama yaitu Indonesia.
Selanjutnya Sumpah Pemuda 1928, di adakan lagi kongres pemuda di Yogyakarta
pada tanggal 24-28 Desember 1928.Sesungguhnya sewaktu Sumpah Pemuda disetujui pada tanggal 28 Oktober tahun 1928,
organisasi-organisasi pemuda pendukung belum menyetujui di adakannya fusi antara organisasi pemuda tersebut seperti yang
diusulkan PPPI karena mencapai kesatuan fikiran.[4]
Yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat pada waktu itu sudah
barang tentu keputusan Jong Java yang
bulan Desember 1928 itu( Sesudah Kongres Pemuda II) akan mengadakan kongresnya
yang akan memberi keputusan tentang fusi. Organisasi-organisasi lain menunggu
dengan berdebar-debar keputusan kongres Jong Java pada waktu itu merupakan
perkumpulan pemuda yang tertua dan yang terbesar dan memiliki organisasi yang
rapi. Fusi perkumpulan-perkumpulan pemuda lainnya tanpa Jong Java akan kurang berarti.[5]
Seperti di atas dikemukakan ide persatuan di kalangan
Jong Java yang dahulu bernama Tri Koro Dharmo dalam arti persatuan antara
pemuda-pemuda dari seluruh kepulauan telah lama ada bahkan sudah sejak
didirikannya di tahun 1915. Ide persatuan ini lebih nyata dengan adanya putusan
kongres Jong Java yang ke IV tahun 1921 di Bandung yang merubah pasal 3
anggaran dasar Jong Java demikian rupa sehingga keinginan bersatu dicantumkan
dalamanggaran dasar. Setelah dirubah sesuai putusan kongres tersebut, pasal 3
berbunyi:
“Jong Java bertujuan memepersiapkan anggota-anggotanya
untuk membantu pembentukan Jawa raya dan untuk memupuk kesadaran bersatu Rakyat
Indonesia sehubungan dengan maksud untuk mencapai Indonesia merdeka.”[6]
Jong Java kemudian juga melihat didirikannya PPPI sebagai
himpunan mahasiswa-mahasiswi Indonesia yang tidak lagi mengenal kesukuan atau
kedaerahan. Proses dalam Jong java sendiri ditambah dengan pertumbuhan yang nyata dari ide persatuan nasional Indonesia telah mematangkan
jiwa anggota-anggota Jong Java dari jiwa kesukuan menjadi jiwa nasional
Indonesia.[7]
Kongres menghasilkan suatu keputusan yang penting, yakni
akan di adakannya
fusi atau gabungan diantara organisasi-organisasi pemuda yang ada. Keputusan
itu disetujui oleh Jong Java Jong Sumatra, dan Jong Celebes,. Untuk
merealisasikan keputusan tersebut dibentuklah komisi yang kemudian di kenal
dengan nama komisi besar Indonesia Muda.
Pada tanggal 23 april 1929 atas undangan pedoman Besar
Jong Java wakil-wakil pemuda Indonesia, Pemuda Sumatra dan Jong Java mengadakan
rapat yang pertama di gedung IC Kramat 106 Jakarta. Keputusan ialah bahwa
mereka menginginkan segera didirikannya perkumpulan baru yang sejalan dengan
kemauan persatuan Indonesia
dan berdasarkan kebangsaan Indonesia dan juga segera membentuk komisi persiapan yaitu
yang dinamakan Komisi Besar Indonesia Muda (KBIM). [8]
Dalam kongresnya di Semarang dari tanggal 23-29 Desember
1929 Jong java membubarkan diri untuk meleburkan diri ke dalam perkumpulan
Indonesia Muda. Keputusan berbunyi sebagai berikut:
Kerapatan Besar mengambil keputusandengan memperhatikan
Statuten perkumpulan Jong Java dahulu bernama Tri Koro Dharmo, ialah:Pertama :
Sedjak dari saat ini perkoempoelan Jong Java daholoe bernama Tri Koro Dharmo,
tidak berdiri lagi.Kedoea : Sedjak dari
saat ini segala tjabang perkoempoelan Jong Java, dahoeloe bernama tri Koro
Dharmo, berdiri di bawah “pemandangan” Komisi Besar perkoempoelan Indonesia
Moeda dan wadjib bersatoe didalam perkoempoelan ini. [9]
Akhirnya pada tanggal 31 Desember 1930 dalam konfrensi di
Solo di tetapkan berdirinya organisasi Indonesia Muda. Pada saat berdirinya
organisasi itu telah memiliki 25 cabang dengan 2400 anggota.[10]
Indonesia Muda telah berdiri, Indonesia Muda berdiri
sebagai kenyataan cita-cita Sumpah Pemuda. Dan sesungguhnya, Indonesia Muda
adalah penerus roh “Sumpah Pemuda”.[11]
Sejak 1 Januari 1931 Indonesia Muda mulai bergerak dengan
semangat kebangsaan yang menyala-nyala. Dimana-mana di seluruh Indonesia
pendirian Indonesia Muda diterima dengan gembira.Tujuan Indonesia Muda seperti
di tetapkan dalam konsep adalah: Memperkuat rasa persatuan di kalangan
pelajar-pelajar, membangunkan dan mempertahankan keinsyafan, di antaranya bahwa mereka adalah anak bangsa yang bertanah
air satu agar tercapailah Indonesia Raya.Untuk mencapai tujuan ini Indonesia
Muda berusaha memajukan rasa saling menghargai dan memelihara persatuan di
semua anak Indonesia, bekerja sama dengan lain-lain perkumpulan pemuda,
mengadakan kursus-kursus untuk mempelajari bahasa persatuan dan memberantas
buta huruf, memajukan olahraga dan sebagainya.
Mengenai organisasi-organisasi kepanduan yang semula
merupakan bagian dari pada organisasi-organisasi pemuda-pemuda yang telah
dilebur itu (JJP, INPO,PPS) perlu ditentukan bahwa organisasi –organisasi
tersebut dilebur menjadi satu organisasi kepanduan yang besar dengan nama
kepanduan Bangsa Indonesia (KBI) yang berhaluan kebangsaan seperti Indonesia
Muda dan berkain leher merah-putih sebagai tanda di milikinya jiwa nasional. [12]
C. Sumpah
Pemuda dan Pengaruhnya bagi Integrasi Indonesia
Integrasi
berasal dari bahasa inggris "integration" yang
berarti kesempurnaan atau keseluruhan.integrasi sosial dimaknai sebagai proses
penyesuaian di antara unsur-unsur yang saling berbeda dalam kehidupan
masyarakat sehingga menghasilkan pola kehidupan masyarakat yang memilki
keserasian fungsi.
Definisi
lain mengenai integrasi adalah suatu keadaan di mana kelompok-kelompok etnik
beradaptasi dan bersikap komformitas terhadap kebudayaan mayoritas masyarakat,
namun masih tetap mempertahankan kebudayaan mereka masing-masing. Integrasi memiliki
2 pengertian, yaitu :
§ Membuat
suatu keseluruhan dan menyatukan unsur-unsur tertentu
Sedangkan
yang disebut integrasi sosial adalah jika yang dikendalikan, disatukan, atau
dikaitkan satu sama lain itu adalah unsur-unsur sosial atau kemasyarakatan.
Suatu integrasi sosial di perlukan agar masyarakat tidak bubar meskipun
menghadapi berbagai tantangan, baik merupa tantangan fisik maupun konflik yang
terjadi secara sosial budaya.[13]
Wawasan kebangsaan
Indonesia mengalami pertumbuhan dan perkembangan pada masa lalu seirama dengan
dinamika pertumbuhan dan perkembangan pergerakan kebangsaan Indonesia. Oleh
karena itu, sifat dan corak perkembangannya tampil sesuai dengan sifat dan
corak organisasi pergerakan yang mewakilinya. Dari pertumbuhan dan perkembangan
organisasi pergerakan kebangsaan Indonesia seperti Boedi Uetomo, Sarekat Islam,
Indische Partji, Perhimpunan Indonesia, dan lain-lain, tampak bahwa proses
pendewasaan konsep nasionalisme kultural, berkembang menjadi sosio ekonomis,
dan memuncak menjadi nasionalisme politik yang merupakan aspek
multidimensional.[14]
Sebuah fenomena sejarah
yang merupakan momentum sangat penting dalam proses penguatan konsep wawasan
kebangsaan Indonesia terjadi pada tanggal 28 Oktober 1928. Dalam itulah modal
yang sangat berharga bagi terbentuknya sebuah “Nation-State” telah disepakati. Adanya kehendak bersama untuk
bersatu itu akan mengatasi alasan-alasan seperti kedaerahan, kesukuan,
keturunan, keagamaan, dan sejenisnya dengan tetap menghormati
perbedaan-perbedaan yang ada. Sejak peristiwa tahun 1928 itu, dunia dikejutkan
oleh kemampuan dan kesanggupan bangsa Indonesia untuk bersatu padu dalam
kemajuan.[15]
Mengenai integrasi Indonesia,
akhir-akhir ini muncul isu-isu disintegrasi Indonesia.mulai dari ketegangan di
Irian Jaya, kerusuhan di Ambon dan Madura baru-baru ini, serta gerakan-gerakan
sparatis daerah seperti di Aceh dan masih banyak yang lainnya. Isu-isu
perpecahan Indonesia semakin merebak dengan adanya masalah pengakuan budaya
kita oleh negara lain. Kita ingat permasalahan pulau Sipadan dan Ligitan yang
diatasnamakan milik Malaysia, tak hanya itu saja pengakuan atas tari Reog
Ponorogo juga diperebutkan.Bahkan pada tahun-tahun sebelumnya bibit perpecahan
itu sudah Nampak.Mulai dari permasalahan PKI Madiun, Gerakan DI/TII pimpinan
Kartosuwiryo (1948-1962) merupakan wujud ketidakmampuan kita dalam
mempertahankan bagian dari bangsa ini dalam konteks nasionalisme.
Sumpah pemuda berisikan jiwa
persatuan yang berlatar belakang Bhineka Tunggal Ika yang berarti bahwa bangsa
Indonesia itu sendiri terdiri dari macam-macam suku bangsa sebagai realitas
kebudayaan dan realitas politik yang bersama-sama hidup sebagai satu dengan
penuh toleransi.Dengan demikian persatuan dapat tercapai dan dipertahankan
kalau ke-bhinekaan diperhitungkan sebagai realitas yang memilki elemen mutlak
yaitu toleransi. Tanpa memiliki toleransi maka persatuan Indonesia akan selalu
goncang.
Pada tahun 1948 terjadi
pemberontakan Partai Komunis Indonesia yang menggoncangkan persatuan pada waktu
itu. Jika ditinjau dari sebab-musabab pemberontakan tersebut serta meninjau
ideology PKI ini dapat disimpulkan bahwa PKI tidak memiliki toleransi (dalam
hal toleransi ideology) terhadap ideology-ideologi lain. Pemberontakan PKI 1948
tyersebut menyalahi Sumpah pemuda.Toleransi merupakan unsur mutlak dalam sumpah
pemuda.Gerakan Darul Islam pimpinan Kartosuwiryo pun bekisar pada soal
toleransi beragama yang jika dilihat dari sudut sumpah pemuda tidak tercermin
dari gerakan Kartosuwiryo ini.[16]
Gerakan-gerakan kedaerahan
yang pernah terjadi di waktu-waktu yang lalu menjadi bahan renunagan kita semua
untuk meresapi lagi jiwa sumpah pemuda.Sesuai Sumpah Pemuda gerak-gerik kita
harus selalu dikaitkan pada arti persatuan yang memiliki latarbelakang berupa
realitas-realitas kedaerahan yang juga merupakan kekuatan. Pada hakekatnya
Sumpah Pemuda adalah Nasionalisme Indonesia, Patriotisme Indonesia, yang
seiring dengan makna lagu Indonesia Raya, bendera Sang Saka Merah Putih,
kemudian falsafah Pancasila dan Mukadimah Undang-Undang Dasar 1945.[17]Lebih-lebih
karena Sumpah Pemuda sangat menentukan artinya bagi pergerakan kemerdekaan
nasional kita yang memuncak pada Proklamasi Kemerdekaan dari 17 Agustus 1945.
Melihat segala bentuk
permasalahan ketahanan negara kita pada mulanya bermuara dalam konteks
nasionalisme.Dalam kemelut perpecahan antar daerah yang semakin lama semakin
menjadi-jadi di negeri ini, pemerintah sendiri juga selalu berusaha agar
sekelompok golongan yang bersengketa mengadakan persatuan. Persatuan dan
kesatuan suatu negara tidak hanya mampu di kendalikan oleh birokrasi
pemerintahan dan pertahanan negaranya saja, akan tetapi pemuda-pemuda bangsalah
yang harus menetapkan dasar kuat bagi persatuan Indonesia agar persatuan itu
menjadi kekal abadi.
Menurut M. Yamin, pendidikan
disebut sebagai faktor utama persatuan. Tentunya pendidikan yang diperkaya
dengan nilai bertanah air dan berbangsa Indonesia.sedangkan untuk faktor
kemauan bagi kepentingan persatuan Yamin menganut teori dari Ernest Renan
(1823-1892) ahli filsafat bangsa Perancis, bahwa bangsa (nation) itu timbul
karena sejarah yang dialami bersama-sama dan juga karena kemauan akan hidup
bersama.[18]Namun demikian, sepantasnya harus dihargai bahwa dalam
proses penyatuan dari berbagai sifat kedaerahan menjadi sifat nasional
merupakan suatu proses integrasi yang nilainya sangat dalam.
BAB III
KESIMPULAN
Pada hakekatnya Sumpah Pemuda adalah
Nasionalisme Indonesia, Patriotisme Indonesia, yang seiring dengan makna lagu
Indonesia Raya, bendera Sang Saka Merah Putih, kemudian falsafah Pancasila dan
Mukadimah Undang-Undang Dasar 1945.Melihat segala bentuk permasalahan ketahanan
negara kita pada mulanya bermuara dalam konteks nasionalisme.Dalam kemelut
perpecahan antar daerah yang semakin lama semakin menjadi-jadi di negeri ini,
pemerintah sendiri juga selalu berusaha agar sekelompok golongan yang
bersengketa mengadakan persatuan.
Persatuan dan kesatuan suatu negara tidak hanya
mampu di kendalikan oleh birokrasi pemerintahan dan pertahanan negaranya saja,
akan tetapi pemuda-pemuda bangsalah yang harus menetapkan dasar kuat bagi
persatuan Indonesia agar persatuan itu menjadi kekal abadi.Namun demikian, sepantasnya harus dihargai bahwa dalam
proses penyatuan dari berbagai sifat kedaerahan menjadi sifat nasional
merupakan suatu proses integrasi yang nilainya sangat dalam.
DAFTAR PUSTAKA
Nugroho Notosantoso. 1991.Sejarah Nasioanal Indonesia.Jakarta : Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Sagimun. 1948.Soempah PoemoedaJakarta : Balai Pustaka.
Sudiyo. 2002.Pergerakan Nasional Mencapai dan Mempertahankan kemerdekaan.Jakarta
: Inti Idayu Pers.
Suhartono, 1994, Sejarah Pergerakan Nasional; dari Budi Utomo samapai Proklamasi
1908-1945, Yogyakarta; Pustaka Pelajar.
Yayasan
Gedung-Gedung Bersejarah Jakarta, 1974, 45
Tahun Sumpah Pemuda, Jakarta; PT; Gunung Agung.
http://id.wikipedia.org/wiki/Integrasi_sosial
diunduh pada tanggal 25 septembaer 2012, pukul 07.28 WIB.
[1]Nugroho Notosantoso, 1991,
Sejarah Nasioanal Indonesia, Jakarta
: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Hal 35.
[3]Suhartono, 1994, Sejarah Pergerakan Nasional; dari Budi Utomo
samapai Proklamasi 1908-1945, Yogyakarta; Pustaka Pelajar.
[4]
Sagimun, 1948, Soempah Poemoeda, Jakarta : Balai Pustaka. Hal 74
[6]Ibid,.
[7]Ibid,.
[10]Sudiyo, 2002, Pergerakan Nasional Mencapai dan
Mempertahankan kemerdekaan, Jakarta : Inti Idayu Pers. Hal 74.
[13]http://id.wikipedia.org/wiki/Integrasi_sosial diunduh pada tanggal
25 septembaer 2012, pukul 07.28 WIB.
[15]Ibid,.
[16]Yayasan Gedung-Gedung
Bersejarah Jakarta, 1974, 45 Tahun Sumpah
Pemuda, Jakarta; PT; Gunung Agung.Hal 141.
[18]Pidato M. Yamin dalam
acara Kongres Pemuda II tanggal 27-28 Oktober 1928 di Jakarta.Melalui 45 Tahun Sumpah Pemuda.1974. Yayasan
Gedung-Gedung Bersejarah Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar