Mao Tse Tung merupakan seorang tokoh pembesar Cina, dia juga
merupakan seorang pemimpin partai komunis Cina. Orang yang mengumandangkan
berdirinya RRC pada 1 Oktober 194 dan sekaligus sebagi ketuanya. Pada awal ini,
merupakan saat-saat penting bagi Mao karena ia harus membangun Cina kembali
setelah sebelumnya mengalami kekacauan yang terjadi di negara tersebut baik itu
dari segi politik apalagi dari segi keuangan atau perekonomian negara yang
kacau. Kesemuanya harus di mulai dari awal lagi setelah adanya perang saudara
dan penjajah Jepang. Agar hal itu terlaksana, pemerintahan yang baru berupaya
untuk menjaga kestabilan social dan ekonomi. Mereka, Mao dan segenap para
pejabat-pejabat baru, berupaya memberikan lebih banyak kekuasaan pada buruh dan
tani, dan sebaliknya memangkas kekuasan kaum pemilik modal, tuan tanah,
kapitalis, intelektual dan orang asing. Dalam benak rakyat, di tanamkan ide-ide
bahwa perjuangan, revolusi, dan perubuhan adalah sesuatu yang baik, sedangkan
tradisi tatacara lama dalah buruk dan harus di buang jauh-jauh.[1]
Pada
pemerintahan yang baru ini, mereka meniru Uni Soviet. Tetapi, berbeda dengan
Uni Soviet yang menerapkan “kediktatoran Ploretariat”, sedangkan China
menerapkan system nya pada demokrasi rakyat, dimana rakyat dan para petani kaya
membentuk front bersama. Beberap jabatan tertinggi di serahkan pada orang
non-komunis. Itu semua adalh politik untuk menarik perhatian massa. Mereka ingin
terlihat pemerintah yang baru ini, pemerintahn komunis dapat menerima semua
golongan. Namun tetap saja pucuk pimpinan tertinggi di pegang oleh partai
komunis.
Restrukturisasi dalam bidang eonomi
dilakukan dengan mengendalikan peredaran uang, perbankan, serta pemberian
kredit. Dalam waktu setahun, inflasi berhasil dikendalikan. Demi mencapai
kestabilan dalam bidang keuangan, pada bulan Mei 1949, pemerintah mengeluarkan
mata uang baru yang di sebut Renminpiao serta melarang penggunaan
mata uang asing. Pemerintah lalu menguasai industri-industri kunci yang
sebelumnya di bangun pemrintah nasioanlis.[2]
Lalu pada akhir tahun 1957, Mao
berkesimpulan bahwa Uni Soviet sudah tidak dapat dijadikan lagi sebagai model
bagi pembangunan Cina. Hal itu dikarenakan hasil dari kemajuan yang di alami
masih terlalu lambat serta sangat teregantung pada ilmuan Uni Soviet yang
dikirim ke Cina. Selain itu, keterbatasan utama dalam hal dana memang masih
belum dapat teratasi dengan baik. Lalu Mao milai berfikir untuk menemukan caranya
sendiri untuk memecahkan semua
permasalahan yang belum tuntas dengan mengerahkansegala sumber daya yang
angat berlimpah di negeri tersebut berupa tenaga kerja.
Kebijakan yang di ambil Mao tersebut
terkenal dengan sebutan ‘Loncatan Besar Kedepan”( dayuejien ). Awalnya ialah rencana dari Nikita Kruschev untuk
menjalankan semua program yang di sebut “ mengejar negara Barat ”. Nah Mao
memandang rencana ini sebagi sebuah ancaman besar bagi Mao. Karena dengan
majunya Soviet, ketergantungan Cina terhadap Sovoiet akan semakin besar pula
terhadap negara tersebut. Makanya Mao memandang kebijakn yang dibuat olenya ini
mampu menjadi penyeimbangbagi rencan Soviet tersebut, dimana Cina akan
bertransformasi dari negara agraris menjadi negara industri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar