BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pada
sekitar abad ke-20 masih banyak sekali rakyat Indonesia yang tidak dapat
membaca dan menulis. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian berupa catatan
tentang orang-orang yang dapat membaca dan menulis di Pulau Jawa yang pernah
dilakukan oleh Mahlenfeld yang dimuat dalam harian de Locomotief.
Di
Pulau Jawa rata-rata dari 1000 orang hanya 15 orang saja yang dapat membaca dan
menulis. Daerah Madiun dari 1000 orang hanyaa 24 orang yang tidak buta huruf,
di Madura terdapat 6 orang, sementara itu di Tangerang, Jatinegara, dan
Karawang terdapat masing-masing 1 orang. Melihat hasil catatan tersebut
nyatanya kondisi pendidikan dinegara ini sangat memperihatinkan. Keadaan
menyedihkan ini disadari juga oleh para pelajar Jawa, yang pada waktu itu
menjalani pendidikan di STOVIA. Para pelajar ini termasuk orang yang beruntung
karena masih bisa mengenyam pendidikan pada masa itu. Meskipun demikian
sebagian besar rakyat Indonesiabaik dalam bidang Spiritual maupun material
masih terlambat.
Oleh
karena itu, muncullah keinginan untuk mendirikan suatu perhimpunan pelajar yang
bertujuan mempercepat usaha kearah kemajuan rakyat. Ada banyak perkumpulan para
pemuda Indonesia yang berusaha ingin merubah nasib rakyat Indonesia menjadi
lebih baik lagi yang telah banyak dibentuk pada masa Pergerakan Nasional sampai
masa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Diantaranya Budi Utomo, Sarekat Islam,
dan Indische Partij. Untuk mengetahui lebih jelas lagi, kami akan memaparkan
lebih luas lagi tentang organisasi-organisasi tersebut.[1]
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimanamunculnya Budi Utomo?
2. BagaimanamunculnyaSarekat Islam?
3. BagaimanamunculnyaIndische Partij?
C.
Tujuan
Mengetahui
organisasi-organisasi awal Pergerakan Nasional Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
A. Organisasi-organisasi Awal
Pergerakan Nasional Indonesia
Keadaan
bangsa Indonesia yang sangat memprihatinkan terutama terlihat dalam bidang
pendidikan dimana banyak sekali rakyat Indonesia yang buta huruf. Hal ini
mendorong banyaknya bermuncullan pemuda-pemuda yang peduli terhadap penderitaan
masyarakat Indonesia yang semakin tertindas oleh penjajah saat itu, yang
semakin berada dalam jurang kebodohan, sehingga mereka bersatu untuk membentuk
sebuah organisasi yang akan merubah kehidupan masyarakat menjadi lebih baik
lagi. Organisasi-organisasi yang didirikaan oleh para pemuda tersebut pada awal
pergerakan nasional diantaranya:
1. Budi Utomo
Kondisi
sosial ekonomi yang semakin buruk sekitar abad ke-20 membuat rakyat Indonesia
berada dalam kemelaratan dan kesengsaraan. Sebagai akibat politik etis yang
didalamnya terkandung usaha memajukan pengajaran maka pada dekade pertama abad
ke-20 anak-anak Indonesia masih mengalami kekurangan dana belajar. Keadaan ini
menimbulkan rasa keprihatinan dr. Whidin Sudirohusodo untuk dapat menghimpun
dana, sehingga pada tahun 1906-1907 beliau melakukan propaganda berkeliling
Jawa. Ide yang baik dari dr. Whidin Sudirohusodo ini diterima dan disambut baik
oleh Sutomo yakni seorang mahasiswa School Tot Opleiding Voor Inlandsche
Arsten(STOVIA) yang kemudian menjadi awal beririnya organisasi yang bernama
Budi Utomo. Budi Utomo didirikan pada tanggal 20 Mei 1908. [2]
Setelahterbentuknya Budi Utomomakasegeralahdilakukankongrespertama Budi utomo, demi
kelancarankongresDokterWahidinSudirohusodoberkelilinguntukmencaridukungandandana.
Di Jakarta
sutomodankawan-kawanmelakukanpersiapankongresdenganmenyebarkansuratedarandanmencariunagkekanandankekiri
demi kelancaranpelaksanaankongrespertama Budi Utomo. Padaakhirnyakongres Budi
utomoTerlaksanapadatanggal 3-4 Oktober 1908 di Yogyakarta.Dalamrapatkongres
yang pertamainiterjadiperdebatan yang cukuphangat demi kamajuanbangsa.Akhirnyadalamkongres inimenerimausulandariJakartadanmenetapkansebagaitujuanperkumpulan,
kemajuanselarasuntuknegaradanbangsa,
terutamakemajuanpengajaran,pertanian, peternakan, perdagangan, teknik industri,kesenian, danpengetahuan.[3]Dalamkongrestersebutjugamemutuskan Kota Yogyakarta
sebagaipusatperkumpulandan R.T. TirtokusumobupatidariKarangAnyarsebagaiKetua
Budi Utomo yang pertama.
Corak
baru yang diperkenalkan Budi Utomo adalah kesadaran lokal yang diformulasikan
dalam wadah organisasi modern dalam arti bahwa organisasi itu mempunyai
pimpinan, ideologi yang jelas, dan anggota. Yang sangat menarik pada Budi Utomo
adalah organisasi ini diikuti oleh organisasi lainnya dan dari sinilah terjadi
perubahan-perubahan sosio-politik.[4]
Kemuncullan
Budi Utomo ini merupakan suatu kebangkitan ditimur dalam arti luas kebangkitan
budaya timur. Walaupun demikian ada orang-orang yang tidak senang terhadap
lahirnya Budi Utomo terutama dikalangan priyayi
gedhe. Pada tahun 1908 di Semarang para Bupati membentuk perkumpulan Regenten Bond Setia Mulia guna mencegah
cita-cita Budi Utomo yang dianggap telah mengganggu stabilitas sosial mereka.
Pancaran
etnonasionalisme makin membesar. Hal ini dibuktikan dalam kongres BU yang
diselenggarakan pada tanggal 3-5 Oktober 1908. Dalam waktu singkat didalam Budi
Utomo terjadi perubahan orientasi yakni jika semula orientasinya terbatas pada
kalangan priyayi maka menurut berita
yang dimuat dalam Bataviaasch Nieuwsblad tanggal 23 Juli 1908, BU cabang
Jakarta mulai menekankan cara bagaimana memperbaiki kehidupan rakyat. Dalam
kongres itu terdapat dua prinsip perjuangan dimana yang pertama diwakili oleh
golongan muda yang cenderung menempuh jalan perjuangan politik dalam menghadapi
pemerintah kolonial, sementara yang kedua diwakili oleh golongan tua yang ingin
tetap pada cara lama yaitu perjuangan sosio-kultural.
Kemudian
dalam kongres Kedua Budi Utomo yang di lakukan di Jogjakarta 11-12 Oktober
1909, Dr. cipto Mangunkusumo mengusulkan agar Budi Utomo membuka sistem
penerimaan keangotaan yang tidak terbatas dari bangsawan jawa semata, tapi
terbuka bagi Anak hindia, yang lahir, hidup dan mati di tanah hindi, namun Usul
ini ditolak.[5]
Bagi
golongan muda perjuangannya itu sangat tepat guna memberikan imbangan politik
pemerintah. Orientasi politik semakin menonjol dan kalangan muda mencari
organisasi yang sesuai dengan mendirikan Sarekat Islam dan Indische Partij
sebagai wadahnya. Dalam perkembangan selanjutnya, meskipun ada kelompok muda
yang radikal tapi kelompok tua masih meneruskan cita-cita Budi Utomo yang mulai
disesuaikan dengan perkembangan politik. Pada tahun 1914 ketika pecah
Perang Dunia 1, Budi Utomo turut
memikirkan bagaimana mempertahankan Indonesia zari serangan luar dengan
mengadakan milisi yang diberi wadah dalam Komite Pertahanan Hindia( Comite Indie Weebaar).Pada waktu
dibentuknya dewan rakyat (Volksraad)
pada tahun 1918 wakil-wakil BU duduk didalamnya yang jumlahnya cukup banyak dan
hal ini karena pemerintah tidak menaruh curiga terhadap BU dan juga karena
sifatnya yang sangat moderat.
Kebijakan
politik yang dilakukan pemerintah kolonial, khususnya tekanan terhadap
pergerakkan nasional maka BU mulai kehilangan wibawa, sehingga terjadilah
perpisahan antara kelompok moderat dan radikal.pengaruh Budi Utomo makin
berkurang dan pada tahun 1935 organisasi itu bergabung dengan organisasi lain
men jadi Partai Indonesia Raya (Parindra).
Dalam
perjalanannya, Budi Utomo dengan fleksibilitasnya itu mulai menggeser
orientasinya dari kultur ke politik. Organisasi Budi Utomo ini bukan hanya
dikenal sebagai salah satu organisasi nasional yang pertama di Indonesia tetapi
juga sebagai salah satu organisasi yang terpanjang usianya yakni sampai
proklamasi kemerdekaan Indonesia.[6]
2. Sarekat Islam
Sarekat
Dagang Islam merupakan cikal bakal dari sarekat Islam, Sarekat dagang Islam
didirikan pada 16 Oktober 1905 di surakarta Oleh Haji Samadhoedi.[7]Anggota-anggotanya
adalah para pengusaha batik di Surakarta. Guna memperluas informasimaka
diterbitkan pula bulletin Taman Pewarta. Dan kemudian juga melakukan kerjasama
dengan pengusaha cina.
KebangkitanSarikatDagang Islam merupakan lambanggerakanpembaharuansistemorganisasi.Denganmenanamkanorganisasinyadengannama
Islam, gerakanusahanya yang islami, dan di pimpinolehseorang haji,
menjadikanSarikatdagangislammemperolehtempat di hatimasyarakatmuslimluas
Berdirinya
Sarekat Dagang Islam ini disambut baik oleh para pengusaha batik dengan harapan
organisasi ini bisa membantu mereka agar dapat membeli bahan batik yang lebih
murah. Meskipun untuk bergerak secara sah harus menyusun anggaran dasarnya
untuk disahkan oleh pemerintah. Namun, Haji Samanhudi merasa tidak mampu untuk
menyusunnya sehingga beliau meeminta bantuan kepada seorang pelajar Indonesia
yang bekerja diperusahaan Surabaya. Dia adalah Cokroaminoto. Setelah bertukar
pikiran, timbullah gagasan dari Umar Said Cokroaminoto untuk mengubah nama
Sarekat Dagang Islam karena perkumpulan itu tidak terbatas pada para pedagang
saja tetapi juga mempunya dasar yang lebih luas sehingga orang islam yang bukan
pedagang pun bisa menjadi anggota. Ide ini pun diterima dengan baik oleh Haji
Samanhudi.
Pada
tanggal 10 September 1912 berdirinya Sarekat Islam disampaikan kepada notaris
yang selanjutnya akan disahkan sebagai badan hukum oleh pemerintah. Para
anggota menyiarkan berdirinya perkumpulan ini kepada kaum muslimin. Berdirinya perkumpulan
ini disambut baik oleh kaum muslimin karena asa dan tujuan Sarekat Islam yang
praktis dan sesuai dengan selera kehidupan kaum muslimin. Sehingga dalam waktu
singkat perkumpulan ini telah memperoleh banyak anggota. Meskipun permohonan
untuk diakui sebagai badan hukum sempat ditolak oleh pihak yang berwajib,
akhirnya pada tanggal 8 Maret 1916 diputuskan oleh pihak yang berwajib untuk
memberikan pengakuan sebagai badan hukum.[8]
Kongres
pertama SI dilakukan pada bulan Juni 1916 di Bandung yang dihadiri oleh 80 SI
lokal yang meliputi 360.000 orang anggota. Kongres ini merupakan “Kongres
Nasional karena SI mencita-citakan supaya penduduk Indonesia menjadi satu
bangsa. Sebelum selanjutnya diadakan Kongres SI kedua di Jakarta pada tahun
1917, muncul aliran revolusioner sosialistis yang diwakili oleh Semaun yang
pada waktu itu menjadi ketua SI di Semarang. Akan tetapi kongres tetap
memutuskan bahwa azas perjuangan SI adalah mendapatkan pemerintahan sendiri.
Selain itu, ditetapkan pula azas kedua yakni perjuangan melawan penjajahan dari
kapitalisme yang jahat. Sejak saat itu pula Cokroaminoto dan Abdul Muis
mewakili Srekat Islam dalam dewan rakyat.
Pada
tahun 1918 kongres ketiga Sarekat Islam dilaksanakan di Surabaya. Keanggotaan
SI semakin meningkat hal ini dibuktikan dengan hadirnya anggota yang mencapai
450.000 yang berasal dari 87 Sarekat Islam lokal.Selanjutnya kongres SI keempat
tahun1919, SI memperhatikan gerakan buruh atau Serikat Sekerja karena SS akan
memperkuat kedudukan partai politik dalam menghadapi pemerintah kolonial.
Perubahan-perubahan
dalam tubuh SI dapat dilihat dari kongres-kongresnya. Setelah terjadi peristiwa
Cimareme dan kasus AfdelingB maka pada akhir tahun 1919 diselenggarakan kongres
SI keempat. Suasana pada saat itu sangat lesu namun perjuangan SI tetap
ditegakkan dengan landasan perjuangan antar bangsa yang ini berarti perjuangan
melawan pemerintah kolonial harus terus dilakukan. Pengaruh sosial-komunis pun
telah masuk ketubuh SI baik itu pusat maupun cabang-cabangnya. Setelah itu mempunyai
wadah dalam organisasi yang disebut Indische Sociaal Democratische
Vereniging(ISDV).
Pada
tahun 1921 kongres kelima dilaksanakan. Semaun melancarkan kritik terhadap
kebijakan SI Pusat sehingga timbul perpecahan. Disatu pihak yang dipimpin oleh
Semaun menginginkan aliran ekonomi dogmatis sementara itu pihak lain yang
dipimpin oleh Cokroaminoto adalah aliran nasional keagamaan. Kedua aliran ini
tidak dapat dipersatukan. Didalam kongres SI keenam yang diselenggarakan pada
akhir tahun 1921 disetujui adanya disiplin partai. Akibatnya Semaun dikeluarkan
dari SI karena berlaku ketentuan bahwa tidak diperbolehkannya merangkap dengan
partai lain. Terdapat dua aliran SI yaitu yang berazaskan kebangsaankeagamaan
berpusat di Yogyakarta dan yang berazas komunis di Semarang.
Kongres
ketujuh diselenggarakan di Madiun pada tahun 1923 yang memutuskan bahwa Sentral
Sarekat Islam diganti menjadi Partai Sarekat Islam (PSI). Azas perjuangan PSI
adalah nonkoperasi artinya organisasi itu tidak mau bekerjasama dengan pemerintah
kolonial, tetapi organisasi itu mengizinkan anggotanya duduk dalam dewan rakyat
atas nama diri sendiri. Tujuan PSI sendiri ialah mencapai kemerdekaan nasional
berdasarkan agama islam. Nama PSI ditambah dengan Indonesia untuk menunjukkan
tujuan perjuangan kebangsaannya dan kemudian pada 1927 menjadi Partai Sarekat
Islam Indonesia(PSII).
3. Indische Partij
Pada
tahun 1912 Indische Partij didirikan oleh Tiga serangkai yakni dr. Cipto
Mangunkusumo, Dowes Dekker, dan Ki Hajar Dewantara. Indische Partij merupakan
organisasi partai pertama yang berjuang untuk mencapai Indonesia merdeka.Tujuan
IP adalah
1. Menumbuhkan
dan meningkatkan jiwa persatuan dua golongan untuk memajukan tanah air dengan
dilandasi jiwa nasional.
2. Mempersiapkan
kehidupan rakyat yang merdeka.
Keanggotaan
Indische Partij terbuka untuk semua golongan tanpa membedakan tingkatan kelas
ataupun kasta. Golongan-golongan yang menjadi anggota indische partij
diantaranya golongan Bumiputera, golongan Indo, Cina, dan Arab.[9]
Cita-cita
perjuangan Indische Partij disebarkan melalui surat kabar De Express. Karena
Indische Partij merupakan partai yang tegas dan menyatakan keinginannya
memerdekakan Indonesia maka Belanda melarang organisasi ini beroperasi.
Walaupun demikian, tokoh-tokoh Indische Partij tetap berjuang. Hal ini dapat
dilihat saat Ki Hajar Dewantara megkritik pelaksanaan HUT kemerdekaan Belanda
di Indonesia melalui tulisan Als Ih Een
Nederlender ( seandainya saya seorang Belanda) yang didalamnya berisi
sindiran terhadap ketidakadilan di daerah jajahan.Isi tulisan tersebut kurang
lebih sebagai berikut, “Sekiranya saya seorang Belanda, maka saya tidak akan
merayakan pesta-pesta kemerdekaan di dalam suatu negeri yang kami sendiri tidak
sudi memberikan kemerdekaan negeri itu”.
Akibatnya,
oleh pemerintah kolonial Belanda yang waktu itu dipimpin oleh Gubernur Jenderal
A.F. van Idenburg, artikel itu dianggap menghasut dan akhirnya tiga serangkai
diasingkan ke negeri Belanda.Selama masa pembuangan di Belanda, Tiga Serangkai
ini tetap melancarkan aksi politiknya dengan menerbitkan majalah” De Indier”
yang berupaya menyadarkan masyarakat Belanda dan Indonesia yang berada di
Belanda akan situasi di tanah jajahan. Majalah De Indier menerbitkan artikel
yang menyerang kebijaksanaan Pemerintah Hindia Belanda.
Sampai
pada tahun 1914 Cipto Mangunkusumo dipulangkan ke Indonesia karena menderita
sakit keras sementara itu Ki Hajar Dewantara dan Douwes Dekker baru kembali
pada tahun 1919.Perjuangan Indische Partij memang sangat singkat, namun
tujuannya telah memberi warna baru bagi organisasi pergerakan nasional yakni
adanya semangat nasionalisme yang mendalam untuk memperjuangkan nasib rakyat
Indonesia.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keadaan bangsa Indonesia
yang sangat memprihatinkan terutama terlihat dalam bidang pendidikan dimana
banyak sekali rakyat Indonesia yang buta huruf. Hal ini mendorong banyaknya
bermuncullan pemuda-pemuda yang peduli terhadap penderitaan masyarakat
Indonesia yang semakin tertindas oleh penjajah saat itu, yang semakin berada dalam
jurang kebodohan, sehingga mereka bersatu untuk membentuk sebuah organisasi
yang akan merubah kehidupan masyarakat menjadi lebih baik.
Organisasi-organisasi yang didirikaan oleh para pemuda ini yakni organisasi
Budi Utomo, Sarekat Islam, dan Indische Partij. Berdirinya
organisasi-organisasi ini telah memberi warna baru bagi organisasi pergerakan
nasional yakni adanya semangat nasionalisme yang mendalam untuk memperjuangkan
nasib rakyat Indonesia.
[1]Slamet
Mulyana, 2008, Kesadaran Nasional dari Kolonialisme sampai Kemerdekaan Jilid
1, Yogyakarta: LKIS, Hal. 11-12.
[2]
Suhartono, 2001, Sejarah Pergerakan
Nasional, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Hal.30
[5]Ahmad Masur Suryanegara,2009, ApiSejarah.
Bandung:Salamadina Hal345
[6]
Suhartono,op. Cit.Hal.30-32
[7]Ahmad MasurSuryanegara,.op. cit. Hal 354
[8] Slamet
Mulyana, Op. Cit.
Hal. 121-123.
[9]Nasruddin
Anshoriy, dkk, 2008, Rekam Jejak Dokter Pejuang dan Pelopor Kebangkitan
Nasional, Yogyakarta: LKIS, Hal. 37-38
Tidak ada komentar:
Posting Komentar