Ageboy Blog: http://ageboy.blogspot.com/2012/04/cara-agar-blog-tidak-bisa-di-copy-paste.html#ixzz28tv7zoxP memories of history: Mei 2012

Senin, 14 Mei 2012

HISTORIOGRAFI ISLAM


A.    Perkembangan Historiografi Awal Islam
Historiografi islam merupakan penulisan sejarah oleh seseorang beragama islam, baik perorangan maupun kelompok dari berbagai aliran keyakinan dalam suatu waktu tertentu. Karya-karya dalam historiografi islam banyak ditulis dengan menggunakan huruf Arab, namun ada pula yang berbahasa seperti Persia dan Turki. Tujuan dari penulisan sejarah islam adalah untuk menunjukkan perkembangan konsep sejarah baik di dalam pemikiran maupun di dalam pendekatan ilmiah yang dilakukannya disertai dengan uraian mengenai pertumbuhan, perkembangan, dan kemunduran bentuk-bentuk ekspresi yang dipergunakan dalam penyajian bahan-bahan sejarah historiografi islam.
Keterkaitan antara historiografi dengan perkembangan ilmu pengetahuan agama islam, dan kedudukan sejarah di dalam pendidikan islam telah memberikan pengaruh yang sangat mempengaruhi intelektual penulisan sejarah. Pembahasan historiografi Islam dilakukan dengan berbagai macam cara sesuai dengan sudut pandangan masing-masing para ahli. Bentuk historiografi Islam pada dsarnya terbagi menjadi tiga, yaitu:[1]
1.      Khabar, yang berisikan ceritera-ceritera yang berhubungan dengan peperangan dan lain-lain.
2.      Chronologi, yang mencatat kejadian-kejadian sejarah menurut tahun.
3.      Bentuk yang lebih kecil mengenai periodisasi sejarah:
a.       Historiografi dynasti
b.      Pembagian tingkat (thabaqat)
c.       Susunan geneologis
Isi dari karya-karya sejarah Islam meliputi genealogi, biografi, geografi dan cosmografi, astrologi, filsafat, ilmu social dan politik, dokumen-dokumen, manuskrip, dan mata uang.
Perkembangan peradaban Islam merupakan pencerminan besar di dalam sejarah. Macam penulisan sejarah Islam juga meliputi permulaan penulisan sejarah Islam, penulisan sejarah dunia, penulisan sejarah local, penulisan sejarah kontemporer dan memoir. Dari beberapa penelitian kebudayaan menunjukkan bahwa:[2]
a.       Bahwa Islam sebagai suatu agama dunia telah menunjukkan suatu perkembangan yang mengagumkan di dalam sejarah dunia
b.      Islam sebagai agama telah memancarkan suatu peradaban
c.       Di dalam perkembangan peradaban Islam, tradisi-tradisi kebudayaan asing diserap, dimodifikasi, kemudian yang tudak sesuai dihilangkan
d.      Peradaban Islam menyajikan suatu system yang lengkap mengenai pemikiran dan tingkah laku yang berkembang sabagai suatu dorongan utama yang meliputi hubungan manusia dengan Tuhan, alam dan dengan manusia sendiri
Hal-hal yang mendorong perkembangan penulisan sejarah Islam adalah:[3]
1.      Konsep Islam sebagai agama yang mengandung sejarah
Nabi Muhammad SAW sebagai puncak dan pelaksanaan suatu proses sejarah yang dimulai dengan terciptanya alam dunia ini. Nabi telah menyediakan suatu kerangka bagi sutau wadah sejarah yang amat luas untuk ditafsirkan oleh para sejarawan.
2.      Adanya kesadaran sejarah yang dipupuk oleh Nabi Muhammad
Peristiwa sejarah dalam seluruh manifestasinya, amat penting bagi perkembangan peradaban Islam. Apa yang dilakukan dan dikerjakan Nabi Muhammad SAW semasa hidupnya merupakan suatu teladan bagi seluruh umat Islam di seluruh dunia.kesdaran ini mendorong penelitian dan penulisan sejarah.
Tahap awal perkembangan mekanisme dalam menciptakan sejarah Islam adalah informasi disampaikan secara lisan, kemudian metode penyampaian lisan ini dilengkapi dengan catatan tertulis namun tidak dipublikasikan (semacam pelapor catatan). Penulisan dalam bentuk sajak dan prosa berirama banyak dipergunakan dalam historiografi sejarah.
Perkembangan historiografi Islam dari masa ke masa terbagi dalam empat periode:
1.      Semenjak permulaan sampai abad ketiga hujriyah
2.      Dari abad ke-3 sampai abad ke-6 hijriyah
3.      Dari abad ke-6 sampai abad ke-10 hijriyah
4.      Dari abad ke-10 sampai abad ke-13 hijriyah

1.      Semenjak Permulaan Sampai Abad Ke-3 Hijriyah
Penulis-penulis sejarah sangat sulit menggali historiografi Islam mengenai Arab sebelum Islam, hal ini dkarenakan kesulitan penggunaan metode sejarah ditambah lagi dengan adanya riwayat yang saling bertentangan. Jarang sekali terdapat sumber tertulis, kalupun ada bukan menerangkan kejadian itu dengan lengkap tetapi hanya memberikan suatu ibarat dan contoh-contoh teladan, misalnya cerita kaum ‘Ad dan Tsamud yang dimarahi oleh Allah swt. karena kedurhakaan mereka kepada Nabi-nabinya. Cerita-cerita kedua kaum tersebut disebutkan dalam Al-Quran, hal ini dapat membuka tabir kegelapan sejarah Arab sebelum Islam. Apa yang terdapat di Al-Quran merupakan sumber yang sangat dapat dipercaya, namun terkadang dalam penafsiran ayat-ayatnya timbul cerita dongeng yang berlebih-lebihan  yang dimasukkan oleh orang-orang Yahudi yang mau menyamakannya dengan hikayat Talmud dan sebagainya. Karena itu, para ahli Islam lebih banyak menitik beratkan perhatiannya untuk meneliti kembali cerita-cerita dongeng yang berlebihan tersebut.
Bekas-bekas sejarah diselidiki oleh sarjana-sarjana Barat pada umumnya pada sekitar abad ke 18 dan ke 19 M. Bahan-bahan yang diselidiki dalam menyusun sejarah Arab sebelum Islam tersebut antara lain syair-syair Arab masa Jahilliyah, ayyamul Arab, bekas-bekas peninggalan kerajaan Himyariyah, ceritera orang-orang Yahudi di Madinah, sejarah Herodotus dan bekas-bekas yang terdapat di batu-batu baik di Arabia maupun luar Arabia.
Selama abad pertama hijriyah cerita dari mulut ke mulut semakin berkembang dengan luas sehingga menjadi kumpulan cerita-cerita dongeng yang berhubungan dengan sejarah Arab Kuno. Historiografi yang memasukkan cerita-cerita dongeng memberikan jalan dalam memberikan kritik-kritik terhadap sejarah Arab sebelum Islam bagi para ahli sejarah.
Terdapat salah satu sumber yang digunakan orang-orang Arab bagian utara, yaitu para ahli hikayat. Sumber tersebut adalah “Ayyamul ‘Arab”, yaitu peristiwa peperangan yang terjadi antara satu kabilah dengan kabilah lain, dimana maing-masing kabilah membuat cerita-cerita perang tersebut dengan bentuk prosa dan puisi.
Pada abad kedua hijriyah terdapat suatu langkah yang bernilai dalam meneliti sumber-sumber sejarah, yaitu mulai ada penyaringan terhadap cerita-cerita dongeng yang dihubungkan dengan kabilah-kabilah. Ahli-ahli sejarah ini menguraikan kejadian yang berlaku dalam tradisi Arab Utara, terutama yang berhubungan dengan kabilah, usrah dan ayyamul Arab, bahkan mencakup kejadian yang berlaku pada masa permulaan Islam.
Selanjutnya, penyusunan sejarah secara ilmiyah di dalam bahasa Arab dihubungkan dengan studi tentang kehidupan dan aktivitas-aktivitas Rasulullah saw. Sumber-sumber dalam penyusunan sejarah tersebut diperoleh dari hadiest-hadiest, terutama hadiest yang berhubungan dengan ghazwah[4] yang pernah dilakukan oleh Rasulullah saw, maka Madinah dijadikan pusat studi tentang kehidupan Rasulullah. Para ahli modern menganggap hadiest-hadiest ini sebagai bahan yang kuat bagi penulisan sejarah, walupun diantaranya masih ada yang meragukan hadiest-hadiest yang berhubungan dengan periode Mekkah dan Madinah di dalam kehidupan Rasulullah saw. Bahkan arsip-arsip tertulis yang masih diragukan, kronologisnya dapat dibenarkan karena adanya hadiest yang menguatkan.
Pada permulaan abad ketiga hijriyah dorongan dalam penulisan buku-buku muncul, hal ini disebabkan karena bertambahnya peningkatan bahan-bahan kebudayaan dan pengenalan kepada kertas, yang pabriknya didirikan di Baghdad pada tahun 795 M.[5] mulai tahun inilah tulisan-tulisan lama dapat sampai kepada kita sekarang ini.
Banyak bermunculannya para ahli-ahli historiografi masa Islam dari berbagai aliran merupakan bukti pemikiran-pemikiran agama banyak masuk dalam penyusunan sejarah. Karena itu kontroversi-kontroversi yang terdapat di dalam agama dan cara-cara ibadat yang salah mulai dapat diketahui dalam penulisan itu. Selanjutnya historiografi Islam tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan Islam. Di wilayah-wilayah Laut Tengah tradisi-tradisi sejarah kuno digantikan oleh semangat Islam. Sebelumnya di wilayah Timur tidak ada satupun sejarah yang ditulis, demikian pula dalam masyarakat primitive Afrika, karena itu datangnya Islam merupakan suatu kebangunan nyata dalam perkembangan penulisan sejarah.
Pada masa ini, untuk pertama kalinya hikayat-hikayat Persia masuk ke dalam arus historiografi Islam. Namun, pengaruh dari Persia tidak menyenangkan. Selama ilmu sejarah ini masih di bawah ilmu hadiest, maka sifat lekas percaya dan sifat romantic terhadap kenangan-kenangan indah di masa yang lalu menimbulkan pengetahuan-pengetahuan baru, disebabkan dengan adanya hasil penyelidikan dan penghargaan terhadap kritik-kritik dalam sejarah yang merupakan syarat utama untuk historiografi yang sebenarnya. Selanjutnya, terdapat kecenderungan untuk meninggalkan lapangan ke-Islaman, kesulitan-kesulitan lama dalam membedakan antara dongeng dengan elemen-elemen sejarah muncul kembali, dengan demikian menyaring bahan-bahan yang dapat dipercayai yang merupakan pokok utama dalam penyusunan sejarah. Kecenderungan ini diperkuat oleh sifat-sifat sumber itu sendiri, diambil dari sejarah Persia Kuno dan wilayah lainnya.
Abu Hanifah al-Dinawari dan Ibnu Wadih al-Ya’qubi menyusun suatu kitab sejarah umum yang terdiri dari 2 jilid. Jilid pertama meliputi sejarah zaman dulu seperti sejarah Yahudi, Hindu, Yunani, Romawai, Persia, dan lain-lain. Sedangkan jilid kedua meliputi sejarah Islam dari sejak lahirnya sampai dengan pemerintahan al-Mu’tamid dari Abbasiyah.[6] Isinya begitu luas, sehingga ada anggapan bahwa karya ini lebih merupakan encyclopedia sejarah daripada sejarah umum. Karya tersebut merupakan salah satu bukti yang menunjukkan unsure intelektual mulai masuk di dalam historiografi Islam, suatu unsure yang menunjukkan kesungguhan dalam mempelajari ilmu pengetahuan.
Mulai adanya birokrasi organisasi pemerintahan menimbulkan tingkatan-tingkatan di kalangan istana, sehingga penulisan sejarah lebih berkisar dengan kehidupan tokoh-tokoh kenegaraan dan politik yang menempatkan agama pada tempat kedua.
2.      Dari Abad Ketiga sampai Abad Keenam Hijriyah
Laju ilmu berkembang dengan pesat dengan adanya pengakuan terhadap sejarah sebagai ilmu. Hasil karya sejarah diantara abad ketiga dan keenam mencapai jumlah yang sangat besar sehingga tidak mungkin untuk menganalisanya satu-persatu.
Pada abad ketiga sarjana-sarjana di propinsi-propinsi mulai mengumpulkan hikayat-hikayat sejarah local. Gabungan antara dongeng dengan hikayat-hikayat asli sedikit banyak kelihatan di dalam buku sejarah permulaan Islam. Banyak sejarah-sejarah local yang ditulis dalam abad ketiga hijriyah, namun karya-karya itu banyak pula yang hilang. Pada abad berikutnya terdapat hasil-hasil karya yang sangat banyak mengenai sejarah local, yang biasanya memilih dari dua bentuk yang dikenal pada waktu itu ialah biografi atau peristiwa-peristiwa sejarah.
Sesudah pertengahan abad keempat hijriyah, perbedaan antara sejarah umum dengan sejarah local sukar dibedakan. Bentuk utama dalam penyusunan sejarah waktu dibatasi dengan kejadian-kejadian yang sedang berlaku yang didahului dengan kata pembukaan yang bersifat umum. Kitab sejarah seperti ini tidak bisa bertahan lebih lama sebagai sejarah umum, sebab masing-masingnya dibatasi oleh struktur politik dimana si penulis berada, sehingga sukar untuk menerangkan kejadian-kejadian lain di luar itu. Seberapa jauh pembatasan-pembatasan ini dapat dianggap sebagai hambatan kehidupan intelektual sesudah hilangnya kesatuan politik Islam, merupakan bahan yang selalu terbuka untuk didiskusikan. Adanya laporan sejarah politik terutama yang berada di tangan pejabat-pejabat resmi mempengaruhi bentuk, isi, dan semangat karya sejarah. Sumber-sumber penyusunan sejarah diambil dari bahan-bahan, dokumen-dokumen resmi yang berasal dari hubungan-hubungan pribadi, atau percakapan-percakapan yang mereka lakukan di istana.konsep lama yang memberikan keleluasaan dan kemuliaan terhadap sejarah disingkirkan, dan cerita-cerita sejarah mengarah pada pemusatan perhatian terhadap kegiatan-kegiatan penguasa dan kalangan istana.
Sekularisasi terhadap sejarah menimbulkan warna tersendiri dalam penulisan sejarah, dalam menempatkan kebenaran theology ahli-ahli sejarah mempergunakan nilai moral dalam studinya. Fungsi sejarah diketengahkan dalam mengabadikan cerita-cerita tentang kegiatan buruk dan baik serta memberikan contoh-contoh untuk kemanfaatan generasi-generasi mendatang.
Penulisan sejarah dalam bidang biografi masih terus ditingkatkan oleh sarjana-sarjana sejarah disamping historiografi politiknya. Hal ini dimaksudkan untuk meneliti tingkat-tingkat pribadi seseorang guna menilai kebenaran yang dikatakannya. Riwayat hidup para ulama yang terkenal sebagai pewaris para nabi lebih banyak dapat dipercayai daripada sejarah politik.
Buku-buku biografi mengambil bahan-bahannya dari sumber-sumber lain yang terbanyak diantaranya adalah dari filologi yang lebih luas. Dalam bidang yang lebih sempit menguraikan biografi ahli-ahli pramasastera dan ahli-ahli filologi yang kenamaan, sedangkan dalam bidang yang lebih luas mengemukakan perkembangan-perkembangan buku-buku mengenai riwayat hidup penyair-penyair dan ahli-ahli sastera.
Semua buku-buku biografi menunjukkan suatu cirri umum, yaitu tata tertib isnad selalu dilakukan dengan hati-hati. Data kronologi, terutama tahun wafat, harus tepat benar, dan peristiwa penting dari kehidupan orang-orang itu diterangkan dengan singkat.
3.      Dari Akhir Abad Ke-6 sampai dengan Permulaan Abad ke-10 Hijriyah
Pada abad keenam hijriyah, historiografi Islam berkembang menjadi historiografi Islam Arab dan hitoriografi Islam Persia, dimana yang terakhir ini menunjukkan perkembangannya yang pesat, bahkan sesudah penaklukan yang dilakukan oleh Mongol perkembangannya bertambah pesat sehingga dapat menggantikan bahasa Arab dalam medium kesusasteraan di wilayah kebudayaan Turki dan Persia, dan dengan adanya penyerbuan-penyerbuan yang dilakukan oleh Turki ke India dorongan untuk menyusun sejarah di dalam bahasa Persia bertambah besar. Walaupun demikian historiografi yang ditulis dengan bahasa Arab masih tetap bertambah.
Historiografi Islam Arab yang ditulis pada masa tersebut mengikuti cara-cara yang terdahulu, di samping adanya penyusunan-penyusunan lebih menyegarkan. Perubahan-perubahan yang nyata nampak di dalam hubungannya antara biografi dan sejarah politik, dan di dalam penyusunannya lebih mengarah kepada sejarah umum. Factor utama yang mendasari perkembangan ini adalah:[7]
1.      Munculnya kembali sarjana-sarjana sejarah yang berfikir bebas di samping ahli-ahli sejarah resmi yang terikat oleh ketentuan-ketentuan khalifah.
2.      Perpindahan pusat historiografi Islam dari al-Iraq ke Syiri, dilanjutkan ke Mesir.
Gambaran utama di dalam penulisan sejarah pada masa ini ialah hidupnya kembali penulisan sejarah dunia (yang dimulai dengan kejadian bumi) sedangkan penekanan di dalam penulisan sejarah umum lebih banyak menitikberatkan dengan kebangunan Islam. Pandangan sarjana-sarjana sejarah lebih banyak menggabungkan antara sejarah politik dengan biografi.
Meskipun perkembangan sejarah politik berkembang dengan intensif, namun perhatian utama dalam historiografi Islam lebih banyak menunjukkan kepada biografi fari pada sejarah itu sendiri. Penggabungan biografi dengan sejarah politik baik umum ataupun local, merupakan suatu karya praktis yang dilakukan oleh sebagian besar ahli-ahli sejarah Islam pada periode ini.
Penulisan sejarah yang dilakukan di Persia baru mulai pada periode Mongol abad ke 13 M. yang banyak juga persamaannya dengan penulisan-penulisan yang dilakukan sebelum ini. Diantara bermacam-macam aliran di dalam historiografi Islam yang terdapat di Persia dan yang ditulis dalam bahasa Persia semenjak abad ketujuh hijriyah sampai abad kesepuluh hijriyah, pada umumnya berdasarkan susunan sejarah yang berlaku di dalam penulisan sejarah Islam. Kalaupun ada perbedaannya hanyalah terletak dalm arti dan penonjolan-penonjolan individu-individunya. Beberapa buku sejarah umum baik yang ditulis di Persia atau di India, hanya merupakan reproduksi dari sumber-sumber terdahulu dengan bahan-bahan tambahan yang berlaku pada tahun-tahun berikutnya, dan penulisan-penulisan ini benyak meniru buku-buku yang ditulis oleh sarjana-sarjana sebelumnya tanpa memberikan kritik sejarah.
Salah satu perbedaan yang nyata antara historiografi Islam Arab dan historiografi Islam Persia ialah tidak adanya biografi sejarah dalam historiografi Islam Persia. Adapun biografi sastera tentu saja ada dan berkembang dengan pesat, dan sejumlah sejarah umum termasuk catatan-catatan kematian dari keluarga-keluarganya yang terdekat atau catatan-catatan perorangan, terutama menteri-menteri, penyair-penyair dan penulis-penulis.
4.      Dari Abad Ke-10 sampai Abad Ke-13 Hijriyah
Pada permulaan abad kesepuluh hijriyah (15 M) terjadi pembagian di dalam kekuasaan politik Islam. Daulah Usmaniyah didirikan dengan daerah kekuasaan yang meliputi Asia Barat dan Afrika Utara sampai ke perbatasan Maroko, Daulah Safawiyah mendirikan sendiri negara Syi’ah di Iran, Daulah Syaibaniyah mendirikan negara-negara Uzbek di Asia Tengah, Dinasti Mughal didirikan di India, Dinati baru para syarief mengadakan offensive di Maroko menentang Spanyol dan Portugis dan wilayah-wilayah negro di Nigeria merupakan wilayah Islam di bawah Songhoy. Gerakan-gerakan ini selanjutnya akan diikuti dengan reorientasi dan penataan kembali kebudayaan Islam yang sudah terdapat di dalam segala bentuk buku-buku kesusasteraan terutama mengenai sejarah. Historiografi Islam Arab secara sungguh-sungguh mempengaruhi kehidupan pada waktu itu, sedangkan historiografi Islam Persia berada di dalam penderitaan yang diakibatkan oleh isolsi mental sekte yang dilakukan oleh orang-orang Persia sendiri. Dari segi lain, buku-buku sejarah yang bermutu mulai berwujud di dalam bahasa Turki yang sejajar dengan buku-buku sejarah dengan masa-masa sebelumnya, yang dapat mengembangkan diri kepada penyelidikan-penyelidikan yang orisinil.
B.     Perkembangan Historiografi Islam Modern
Pada abad ke-19, perhatian terhadap sejarah non Islam masih tetap terbatas, belum nampak adanya karya-karya yang berkualitas dalam bidang ini. Sejarawan Islam yang menerbitkan karya-karya sejarah penting, baik mengenai biografi, social dan ekonomi mengenai sejarah Islam banyak memperoleh pendidikan Barat dalam latihan ilmiah dan metodologinya.
Sejak abad ke-20, barat menjadi kiblat historiografi islam dalam bidang metodologi dan tema. Sejarawan muslim di Dunia Arab, sejak awal abad ke-20 itu, lambat tapi pasti banyak mengambil tema, metodologi, dan pendekatan penulisan sejarah dari barat. Perubahan-perubahan materi, tema, metodologi, dan pendekatan penulisan sejarah di Barat sejak itu ikut mewarnai perubahan historiografi Islam.
Sejarah historiografi Islam secara umum ditulis oleh Franz Rosenthal dalam satu karyanya A History of Muslim Historiography yang terbit pertama tahun 1952, kemudian dicetak kembali tahun 1968.
Pada tahun 1977 muncul karya berjudul Early Muslim Historiography dalam bentuk disertasi oleh intelektual muda bernama Nizar Ahmed Faruqi untuk memperoleh gelar doctor di Universitas New Delhi. Karya yang terbit tahun 1979 ini menyajikan bahan-bahan penulisan sejarah pada permulaan Islam yang sekaligus juga menghilangkan keraguan tentang cara yang dilakukan oleh penulis-penulis permulaan yang telah membukukan cerita-cerita sejarah secara mendetail yang berasal dari mulut ke mulut.
“Historiography among the Osmani Turks” karya J.H. Kramers merupakan karya lain yang dapat dijadikan bahan studi historiografi Islam. Karya ini dimuat dalam kumpulan karangannya Analecta Orientalia, terbit di Leiden tahun 1945. H.A.R. Gibb menulis dengan judul “Tarikh” dimuat dalam suplemen Encyclopedia of Islam (Leiden, 1938), selanjutnya dimuat juga dalam kumpulan karangannya yang dilakukan oleh Stanford J. Shaw dan William R. Polk, Studies on the Civilization of Islam, terbit di London 1962. [8]
C.    Historiografi Islam di Indonesia
Perkembangan sejarah Islam di Indonesia tidak bisa lepas dari kedatangan agama Islam itu sendiri. Agama Islam masuk ke Indonesia pada abad ke VII dan berkembang dengan munculnya kerajaan bercorak Islam. Islam masuk ke Indonesia dengan jalan damai, sehingga agama Islam mudah diterima masyarakat Indonesia. Selanjutnya agama Islam melebur menjadi satu dengan budaya lokal Indonesia, sehingga dalam terjadilah akulturasi antar keduanya. Akulturasi ini mengakibatkan Islam yang ada di Indonesia berbeda.
Pada mulanya minat dalam penulisan historiografi di Indonesia sangatlah kurang. Seiring berkembangnya zaman mulai muncul beberapa tokoh yang menuliskan sejarah Islam di Indonesia. Tidak semua karya-karya dapat dikategorikan sebagai karya sejarah. Hal ini karena banyak karya-karya sejarah yang termasuk dalam karya sastra klasik, yang didalamnya banyak istilah-istilah seperti haba, hikayat, kisah, dan tambo. Haba dalam bahasa Aceh, berasal dari bahasa Arab yang oleh Rosenthal disebut sebagai salah satu bentuk dasar historiografi Islam. Dengan demikian karya sastra klasik dapat dijadikan bahan penting dalam studi karya historiografi Islam.
Perkembangan historiografi Islam tidak dapat lepas dari perkembangan umum ilmu pengetahuan Islam. Keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat. Kedudukan sejarah di dalam pendidikan Islam telah memberikan pengaruh yang menentukan tingkat intelektual penulisan sejarah. Cukup banyak karya-karya yang menuliskan sejarah Islam di Indonesia, berikut beberapa karya sejarah Islam di Indonesia yaitu karya Taufik Abdullah Adat and Islam, karya H.A. Mukti Ali An Introduction to the Government of Acheh’s Sultanate, H.J. de Graaf, dan lainnya.
Dalam melakukan pengkajian dan penelitian terhadap historiografi Islam di Indonesia, terdapat beberapa alternatif yang dapat dilakukan, yaitu:[9]
Pertama: dapat mengikuti kerangka yang disajikan oleh Rosenthal dalam karyanya A History of Muslim Historiography yaitu:
1.         Tema yang berkaitan dengan sejarah lokal seperti Hikayat raja-raja Pasai, Hikayat Kutai, dan lainnya.
2.         Tema yang berkaitan dengan karya penulisan sejarah Islam secara umum, contohnya adalah karya Hamka Sejarah Ummat Islam IV.
3.         Tema yang mengisahkan tentang penulisan sejarah militer, misalnya karya T. Ibrahim Alfian Perang di Jalan Allah Aceh 1873-1912.
4.         Tema yang berkaitan dengan penulisan biografi, misalnya karya Uka Tjandrasasmita yang berjudul Sultan Agung Tirtajasa Musuh-musuh Besar Kompeni Belanda.
5.         Tema yang berkisaran pada novel sejarah, misalnya karya Said Hasan bin Said Muhammad Ulee Lheue Abu Syamah.
Kedua: dapat dilakukan secara periodesasi
1.         Historiografi Islam pada periode masuknya agam Islam di Indonesia sampai abad ke-16 M. Bahan ini banyak disampaikan pada seminar-seminar masuknya Islam di Indonesia seperti seminar di Medan tahun lam di 1963.
2.         Historiografi pada periode perlawanan terhadap kolonialisme terutama pada masa penetrasi politik Barat yang mengakibatkan reaksi di beberapa daerah di Indonesia.
3.         Historiografi Islam periode awal abad ke-20 M, seperti karya Deliar Noer Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942.
4.         Historiografi Islam periode kontemporer, yaitu karya Boland The Strunggle of Islam in Modern Indonesia.
Dari keseluruhan alternatif diharapkan penulisan sejarah Islam di Indonesia dapat berkembang. Penulisan sejarah Islam ini tidak serta merta hanya berdasarkan alternatif diatas, tetapi dapat berkembang sesuai dengan perkembangan studi dan perhatian para ahli.
D.    Tokoh dan Karya Historiografi Islam
Seorang penulis sejarah sangatlah berjasa dalam bidang historiografi, karena melalui guratan penanyalah kita dapat mengetahui bagaimana sejarah itu terjadi. Sebagian besar karya historiografi Islam adalah berkat jasa para sarjana terdidik dalam ilmu agama. Bukhori (870), merupakan salah satu penulis sejarah. Ia adalah seorang yang mengumpulkan hadist, ia juga menyusun biografi-biografi singkat tokoh-tokoh agama.
1.         Sejarawan Istana, merupakan sejarawan yang berjasa dalam menghasilkan karya terbaik dalam sejarah Islam, dan jumlah sejarawan istana tidak terlalu banyak. Misalnya:
a.    Pada akhir abad ke-10, Mishkawayh (1030) dan Hilal as-Sabi (1036) adalah pejabat pemerintahan yang memahami tentang filsafat dan ilmu-ilmu non agama.
b.    Imad ad-Din al-Isfahani (1201) dengan karyanya Barg ash’sha’bi.
2.         Sejarawan amatiran, merupakan para penguasa yang menulis karya-karya sejarah dan memoar. Biasanya karya sejarawan amatir berupa karya-karya yang berhubungan dengan silsilah (geneologi).
3.         Sejarawan profesional, adalah orang-orang yang mengabdikan dirinya dalam menyusun karya-karya sejarah. Misalnya Al-Mas’udi dan Al-Magrizi (1442).
Penulisan hadist pada permulaan Islam, dapat dikatakan sebagai cikal bakal dalam historiografi Islam. Historiografi Islam pada masa awal terbagi atas tiga aliran, yakni:
1.         Aliran Yaman, dengan tiga tokoh terkenal, yaitu: Ka’bal Ahbar, Wahb ibn Munabbih, dan Abid Ibn Syariyah al-Jurhum.
2.         Aliran Madinah,merupakan aliran sejarah yang muncul di Madinah, aliran ini banyak memperhatikan Al-Maghazi (Perang-perang yang dipimpin langsung oleh Rosulullah), biografi Nabi (Airah al-Nabawiyah), dan berjalan di atas pola ilmu hadist, yaitu sangat memperhatikan sanad. Tokoh-tokoh yang terkenal adalah Abdullah ibn Abbas, Sa’id ibn al-Mausayyab, Aban ibn Usman ibn Affan,Syurahbil ibn Mas’ud, dan lainnya.
3.         Aliran Iraq, bangsa Arab merupakan bangsa yang mengawali penulisan sejarah di Iraq. Penulisan sejarah diawali oleh Ubaidillah ibn Abi Rafi’, yang merupakan sekertaris khalifah Ali bin Abi Thalib, selanjutnya di ikuti oleh Ziyah ibn Abih yang menulis buku Matsalib al-Arab.
Setelah aliran-aliran penulisan sejarah dimasa awal Islam bermunculan, selanjutnya diikuti dengan munculnya para sejarawan baru. Berikut merupakan sejarawan awal hingga ke masa pertengahan adalah:
1.         Ibnu Qatadah al-Dinawari, dengan karyanya Uyun al-Akhbar yang merupakan buku tertua. Selain itu ia juga menulis karya lainnya seperti Thabahat al-Syu’ara (tingkatan para penyair) sejumlah 46 buku, kitab al-Maarif (buku tentang pengetahuan), dan Al Imamah wa al-Siyasah (kepemimpinan dan politik).
2.         Al Ya’qubi wafat di Mesir pada tahun 897 M, ia merupakan pengarang buku Kitab al-Buldan (buku negeri-negeri) pada tahun 891 yang merupakan buku tertua dalam jenis geografi sejarah, Tarikh al-Ya’qubi yang terdiri atas dua jilid, jilid pertama berisi sejarah dunia kuno, dan jilid kedua berisi sejarah Islam. Pada masa pemerintahan al-Mu’tamid 870-892 M, ia menulis buku Musyakalat al-Nas li Zamanihim (Kesamaan manusia pada masa mereka).
3.         Al-Baladzuri wafat pada tahun 892 M, ia merupakan sejarawan yang banyak meninggalkan karya, seperti Kitab al-Saghir, Kitab al-Buldan al-Kabir Kitab al-Akhbar wa al-Ansab al Asyraf, dan Kitab Futuhul Buldan.
4.         Abu Hanifah al-Dinawari, karya yang dihasilkan adalah Kitab al-Akhbar al-Thiwal (buku sejarah panjang).
5.         Abu Ja’far Muhammad ibn Jaril al-Tahabari, ia merupakan sejarawan besar musli yang juga ahli dalam bidang ilmu-ilmu tafsir, qira’at hadits, dan fiqih. Karyanya adalah Tarikh al-Rusul wa al-Muluk (sejarah para rasul dan kisah para raja), Tarikh al-Rijal (sejarah para tokoh).
6.         Al-Mas’udi wafat pada tahun 957 M, karyanya yang terkenal adalah Muruj al-Dzahab wa Ma’adin al-Jawhar dan al-Tanbih wa al-Insraf.
7.         Al-Biruni, karya sejarawan ini mencapai 180 buku, karyanya yang paling terkenal adalah al-Atsar al-Baqiyah an al-Qurun al-Khaliyah (peninggalan abad-abad masa lalu).
8.         Ibn Khaldun (1333-1406 M), ia merupakan tokoh filsafat sejarah, karyanya yang paling terkenal adalah kitab Muqaddimah dan al’Ibar.
Selanjutnya historiografi Islam berkembang pada masa modern. Historiografi Islam dimulai pada akhir abad ke-18. Mesir adalah negeri muslim yang pertama kali mengalami kebangkitan dalam historiografi Islam. Abd al-Rahman al-Jabarti merupakan pelopor dan perintis kebangkitan kembali Arab Islam di Mesir abad ke-19. Berikut merupakan tokoh-tokoh sejarah pada masa modern:
1.         Al-Jabarti (1754-1825 M), dalam bidang sejarah ia menulis dua buku penting yaitu ‘Ajaib al-Atsar fi al-Tarajim wa al Akhbar (peninggalan-peninggalan yang menajubkan tentang biografi tokoh dan peristiwa sejarah) dan buku Mazhar at-Taqdis.
2.         Isma’il al-Kasysyaf dan al-Aththar, merupakan penerus dari al-Jabarti. Mereka merupakan pelopor kembalinya historiografi Islam setelah kependudukan Napoleon atas Mesir pada tahun 1798-1802 M.
3.         Kelompok Rifaah al-Thahthawi dan kelompok ‘Ali Mubarak, keduanya dalam penulisan sejarah banyak menggunakan literatur dan pengetahuan kebudayaan Perancis.
Melalui karya-karya sejarawan muslim masa klasik banyak para sejarawan yang menggunakannya sebagai rujukan untuk mengungkapkan sejarah masa silam. Selain itu banyak nama-nama tokoh yang dikenal sebagai sejarawan ke-Islaman, berikut beberapa nama sejarawan pertama Islam beserta karyanya yang dikenal hingga saat ini, yaitu Ibnu Hisyam (231 H): Sirah Ibnu Hisyam yang merupakan buku tentang riwayat hidup, buku tentang sejarah tahunan yaitu At-Thabari (310 H) dan Ibnu Atsir (630 H):Al-Kamil fit Tarikh. Buku tentang peperangan, seperti: Al-Baladzuri (279 H): Futuhul Buldan, Ibnu Abdil Hakam (257 H): Futuhu Mishr wal Maghrib wa Andalus. Buku-buku sejarah Budaya Islam, seperti Abu Jusuf (192 H): Al-Kharaj, Al Kalbi (204 H): Al-Ashnam, Al Jahizh (255H): Al-Hayawan, Al-Bayan wat Tabyin, dan At Taj fi Akhlakil Muluk, Ibnu Qutaibah (276 H): Al Ma’arif, Al Imamah was Siayasah, dan Uyunul Akhbar, Ibnu Abdi Rabbih (328 H):  Al-‘Iqdul Farid, Al Jahsyiani (331 H): Al-Wujar wal Kuttab, Qudamah, Ibnu Ja’far (33 H): Al-Kharaj, Ibnu Khaldun (808 H): Al-Muqaddimah, Ibnu Hajar (853 H): Raf’ul Ishri’an Qurhati Mishr dan Tarikh al Khulafa.
Kemudian penulis-penulis sejarah Islam pada zaman sekarang, seperti Muhammad Abdul: Al-Islam wan Nashariah ma’al ‘Ilmi wal madaniah, Ahmad Amin: Fajrul Islam, Dhuhal Islam, Thaha Husein: ‘Ala Hamisy As-Sirah, dan Fitnatul Kubra: Usman-Aliwa Banuhu, Muhammad Kurdi Ali: Al-Islam wal Hadharat al-‘Arabiah, Georgi Zaidan: Tarikh at-Tamaddun al-Islam. Serta penulis buku dari ahli ketimuran seperti, Stanley Lane Poole: History of Egypt in the middle Ages, The Moors in Spain, dan Muhammad Dynasties, Nicholson: A Literary History of the Arabs, Thomas Arnold: The Chaliphate, The Preachting of Islam, Sayed Umar Ali: A Short History of the Saeacens dan The Spirit of Islam, dan lainnya.



[1] H.A Muin Umar.1977.Pengantar Historiografi Islam.Jakarta:Bulan Bintang. Hal. 7
[2] Danar Widiyanta.2002.Perkembangan Historiografi Tinjauan di Berbagai Wilayah Dunia. Yogyakarta:Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta. Hal. 38-39
[3] ibid. Hal. 39
[4] Secara term maghazi, ekspedisi militer pada tulisan-tulisan yang berkenaan dengan riwayat hidup
[5] H.A Muin Umar.1977.Pengantar Historiografi Islam.Jakarta:Bulan Bintang. Hal. 17
[6] H.A Muin Umar.1977.Pengantar Historiografi Islam.Jakarta:Bulan Bintang. Hal. 20
[7] H.A Muin Umar.1977.Pengantar Historiografi Islam.Jakarta:Bulan Bintang. Hal. 31
[8] Danar Widiyanta.2002.Perkembangan Historiografi Tinjauan di Berbagai Wilayah Dunia. Yogyakarta:Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta. Hal.51-52
[9] H.A. Muin Umar.1987.Historiografi Islam.Jakarta:Rajawali Pers.hal.187.

DAFTAR PUSTAKA
Aden Wijdan SZ.dkk.2007.Pemikiran dan Peradaban Islam.Yogyakarta:Safiria Insania Perss.
Danar Widiyanta.2002.Perkembangan Historiografi Tinjauan di Berbagai Wilayah Dunia.Yogyakarta:Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta.
H.A Muin Umar.1977.Pengantar Historiografi Islam.Jakarta:Bulan Bintang.
_____________ .1987.Historiografi Islam.Jakarta:Rajawali Pers.
Sartono Kartodirdjo.1982.Pemikiran dan Perkembangan Historiografi Indonesia.Jakarta:PT Gramedia.
Sudarsono.2004.Filsafat Islam.Jakarta:PT Rineka Cipta.
Sukarman.2008.Studi Sejarah dan Pendekatan Sejarah Islam. Jurnal Sintesa. Volume 8 Nomor 1 Januari 2008.