A. Perkembangan
Historiografi Awal Islam
Historiografi islam merupakan penulisan sejarah oleh
seseorang beragama islam, baik perorangan maupun kelompok dari berbagai aliran
keyakinan dalam suatu waktu tertentu. Karya-karya dalam historiografi islam
banyak ditulis dengan menggunakan huruf Arab, namun ada pula yang berbahasa
seperti Persia dan Turki. Tujuan dari penulisan sejarah islam adalah untuk
menunjukkan perkembangan konsep sejarah baik di dalam pemikiran maupun di dalam
pendekatan ilmiah yang dilakukannya disertai dengan uraian mengenai
pertumbuhan, perkembangan, dan kemunduran bentuk-bentuk ekspresi yang
dipergunakan dalam penyajian bahan-bahan sejarah historiografi islam.
Keterkaitan antara historiografi dengan perkembangan
ilmu pengetahuan agama islam, dan kedudukan sejarah di dalam pendidikan islam
telah memberikan pengaruh yang sangat mempengaruhi intelektual penulisan
sejarah. Pembahasan historiografi Islam dilakukan dengan berbagai macam cara
sesuai dengan sudut pandangan masing-masing para ahli. Bentuk historiografi
Islam pada dsarnya terbagi menjadi tiga, yaitu:[1]
1.
Khabar, yang berisikan ceritera-ceritera yang berhubungan
dengan peperangan dan lain-lain.
2.
Chronologi, yang mencatat kejadian-kejadian sejarah menurut
tahun.
3.
Bentuk
yang lebih kecil mengenai periodisasi sejarah:
a.
Historiografi
dynasti
b.
Pembagian
tingkat (thabaqat)
c.
Susunan
geneologis
Isi dari karya-karya sejarah Islam meliputi genealogi,
biografi, geografi dan cosmografi, astrologi, filsafat, ilmu social dan
politik, dokumen-dokumen, manuskrip, dan mata uang.
Perkembangan peradaban Islam merupakan pencerminan
besar di dalam sejarah. Macam penulisan sejarah Islam juga meliputi permulaan
penulisan sejarah Islam, penulisan sejarah dunia, penulisan sejarah local,
penulisan sejarah kontemporer dan memoir. Dari beberapa penelitian kebudayaan
menunjukkan bahwa:[2]
a.
Bahwa
Islam sebagai suatu agama dunia telah menunjukkan suatu perkembangan yang
mengagumkan di dalam sejarah dunia
b.
Islam
sebagai agama telah memancarkan suatu peradaban
c.
Di
dalam perkembangan peradaban Islam, tradisi-tradisi kebudayaan asing diserap,
dimodifikasi, kemudian yang tudak sesuai dihilangkan
d.
Peradaban
Islam menyajikan suatu system yang lengkap mengenai pemikiran dan tingkah laku
yang berkembang sabagai suatu dorongan utama yang meliputi hubungan manusia
dengan Tuhan, alam dan dengan manusia sendiri
Hal-hal yang mendorong perkembangan penulisan
sejarah Islam adalah:[3]
1.
Konsep
Islam sebagai agama yang mengandung sejarah
Nabi
Muhammad SAW sebagai puncak dan pelaksanaan suatu proses sejarah yang dimulai
dengan terciptanya alam dunia ini. Nabi telah menyediakan suatu kerangka bagi
sutau wadah sejarah yang amat luas untuk ditafsirkan oleh para sejarawan.
2.
Adanya
kesadaran sejarah yang dipupuk oleh Nabi Muhammad
Peristiwa
sejarah dalam seluruh manifestasinya, amat penting bagi perkembangan peradaban
Islam. Apa yang dilakukan dan dikerjakan Nabi Muhammad SAW semasa hidupnya
merupakan suatu teladan bagi seluruh umat Islam di seluruh dunia.kesdaran ini
mendorong penelitian dan penulisan sejarah.
Tahap awal perkembangan mekanisme dalam menciptakan
sejarah Islam adalah informasi disampaikan secara lisan, kemudian metode
penyampaian lisan ini dilengkapi dengan catatan tertulis namun tidak
dipublikasikan (semacam pelapor catatan). Penulisan dalam bentuk sajak dan
prosa berirama banyak dipergunakan dalam historiografi sejarah.
Perkembangan historiografi Islam dari masa ke masa
terbagi dalam empat periode:
1.
Semenjak
permulaan sampai abad ketiga hujriyah
2.
Dari
abad ke-3 sampai abad ke-6 hijriyah
3.
Dari
abad ke-6 sampai abad ke-10 hijriyah
4.
Dari
abad ke-10 sampai abad ke-13 hijriyah
1. Semenjak
Permulaan Sampai Abad Ke-3 Hijriyah
Penulis-penulis sejarah sangat sulit menggali
historiografi Islam mengenai Arab sebelum Islam, hal ini dkarenakan kesulitan
penggunaan metode sejarah ditambah lagi dengan adanya riwayat yang saling
bertentangan. Jarang sekali terdapat sumber tertulis, kalupun ada bukan
menerangkan kejadian itu dengan lengkap tetapi hanya memberikan suatu ibarat
dan contoh-contoh teladan, misalnya cerita kaum ‘Ad dan Tsamud yang dimarahi
oleh Allah swt. karena kedurhakaan mereka kepada Nabi-nabinya. Cerita-cerita
kedua kaum tersebut disebutkan dalam Al-Quran, hal ini dapat membuka tabir
kegelapan sejarah Arab sebelum Islam. Apa yang terdapat di Al-Quran merupakan
sumber yang sangat dapat dipercaya, namun terkadang dalam penafsiran
ayat-ayatnya timbul cerita dongeng yang berlebih-lebihan yang dimasukkan oleh orang-orang Yahudi yang
mau menyamakannya dengan hikayat Talmud dan sebagainya. Karena itu, para ahli
Islam lebih banyak menitik beratkan perhatiannya untuk meneliti kembali
cerita-cerita dongeng yang berlebihan tersebut.
Bekas-bekas sejarah diselidiki oleh sarjana-sarjana
Barat pada umumnya pada sekitar abad ke 18 dan ke 19 M. Bahan-bahan yang
diselidiki dalam menyusun sejarah Arab sebelum Islam tersebut antara lain
syair-syair Arab masa Jahilliyah, ayyamul Arab, bekas-bekas peninggalan kerajaan
Himyariyah, ceritera orang-orang Yahudi di Madinah, sejarah Herodotus dan
bekas-bekas yang terdapat di batu-batu baik di Arabia maupun luar Arabia.
Selama abad pertama hijriyah cerita dari mulut ke
mulut semakin berkembang dengan luas sehingga menjadi kumpulan cerita-cerita
dongeng yang berhubungan dengan sejarah Arab Kuno. Historiografi yang
memasukkan cerita-cerita dongeng memberikan jalan dalam memberikan
kritik-kritik terhadap sejarah Arab sebelum Islam bagi para ahli sejarah.
Terdapat salah satu sumber yang digunakan
orang-orang Arab bagian utara, yaitu para ahli hikayat. Sumber tersebut adalah “Ayyamul ‘Arab”, yaitu peristiwa
peperangan yang terjadi antara satu kabilah dengan kabilah lain, dimana
maing-masing kabilah membuat cerita-cerita perang tersebut dengan bentuk prosa
dan puisi.
Pada abad kedua hijriyah terdapat suatu langkah yang
bernilai dalam meneliti sumber-sumber sejarah, yaitu mulai ada penyaringan
terhadap cerita-cerita dongeng yang dihubungkan dengan kabilah-kabilah.
Ahli-ahli sejarah ini menguraikan kejadian yang berlaku dalam tradisi Arab
Utara, terutama yang berhubungan dengan kabilah, usrah dan ayyamul Arab, bahkan
mencakup kejadian yang berlaku pada masa permulaan Islam.
Selanjutnya, penyusunan sejarah secara ilmiyah di
dalam bahasa Arab dihubungkan dengan studi tentang kehidupan dan
aktivitas-aktivitas Rasulullah saw. Sumber-sumber dalam penyusunan sejarah
tersebut diperoleh dari hadiest-hadiest, terutama hadiest yang berhubungan
dengan ghazwah[4]
yang pernah dilakukan oleh Rasulullah saw, maka Madinah dijadikan pusat
studi tentang kehidupan Rasulullah. Para ahli modern menganggap hadiest-hadiest
ini sebagai bahan yang kuat bagi penulisan sejarah, walupun diantaranya masih
ada yang meragukan hadiest-hadiest yang berhubungan dengan periode Mekkah dan
Madinah di dalam kehidupan Rasulullah saw. Bahkan arsip-arsip tertulis yang
masih diragukan, kronologisnya dapat dibenarkan karena adanya hadiest yang
menguatkan.
Pada permulaan abad ketiga hijriyah dorongan dalam
penulisan buku-buku muncul, hal ini disebabkan karena bertambahnya peningkatan
bahan-bahan kebudayaan dan pengenalan kepada kertas, yang pabriknya didirikan
di Baghdad pada tahun 795 M.[5] mulai tahun inilah
tulisan-tulisan lama dapat sampai kepada kita sekarang ini.
Banyak bermunculannya para ahli-ahli historiografi
masa Islam dari berbagai aliran merupakan bukti pemikiran-pemikiran agama
banyak masuk dalam penyusunan sejarah. Karena itu kontroversi-kontroversi yang
terdapat di dalam agama dan cara-cara ibadat yang salah mulai dapat diketahui
dalam penulisan itu. Selanjutnya historiografi Islam tidak dapat dipisahkan
dari kebudayaan Islam. Di wilayah-wilayah Laut Tengah tradisi-tradisi sejarah
kuno digantikan oleh semangat Islam. Sebelumnya di wilayah Timur tidak ada
satupun sejarah yang ditulis, demikian pula dalam masyarakat primitive Afrika,
karena itu datangnya Islam merupakan suatu kebangunan nyata dalam perkembangan
penulisan sejarah.
Pada masa ini, untuk pertama kalinya hikayat-hikayat
Persia masuk ke dalam arus historiografi Islam. Namun, pengaruh dari Persia
tidak menyenangkan. Selama ilmu sejarah ini masih di bawah ilmu hadiest, maka
sifat lekas percaya dan sifat romantic terhadap kenangan-kenangan indah di masa
yang lalu menimbulkan pengetahuan-pengetahuan baru, disebabkan dengan adanya
hasil penyelidikan dan penghargaan terhadap kritik-kritik dalam sejarah yang
merupakan syarat utama untuk historiografi yang sebenarnya. Selanjutnya,
terdapat kecenderungan untuk meninggalkan lapangan ke-Islaman, kesulitan-kesulitan
lama dalam membedakan antara dongeng dengan elemen-elemen sejarah muncul
kembali, dengan demikian menyaring bahan-bahan yang dapat dipercayai yang
merupakan pokok utama dalam penyusunan sejarah. Kecenderungan ini diperkuat
oleh sifat-sifat sumber itu sendiri, diambil dari sejarah Persia Kuno dan
wilayah lainnya.
Abu Hanifah al-Dinawari dan Ibnu Wadih al-Ya’qubi
menyusun suatu kitab sejarah umum yang terdiri dari 2 jilid. Jilid pertama
meliputi sejarah zaman dulu seperti sejarah Yahudi, Hindu, Yunani, Romawai,
Persia, dan lain-lain. Sedangkan jilid kedua meliputi sejarah Islam dari sejak
lahirnya sampai dengan pemerintahan al-Mu’tamid dari Abbasiyah.[6] Isinya begitu luas,
sehingga ada anggapan bahwa karya ini lebih merupakan encyclopedia sejarah
daripada sejarah umum. Karya tersebut merupakan salah satu bukti yang
menunjukkan unsure intelektual mulai masuk di dalam historiografi Islam, suatu
unsure yang menunjukkan kesungguhan dalam mempelajari ilmu pengetahuan.
Mulai adanya birokrasi organisasi pemerintahan
menimbulkan tingkatan-tingkatan di kalangan istana, sehingga penulisan sejarah
lebih berkisar dengan kehidupan tokoh-tokoh kenegaraan dan politik yang
menempatkan agama pada tempat kedua.
2. Dari
Abad Ketiga sampai Abad Keenam Hijriyah
Laju ilmu berkembang dengan pesat dengan adanya
pengakuan terhadap sejarah sebagai ilmu. Hasil karya sejarah diantara abad
ketiga dan keenam mencapai jumlah yang sangat besar sehingga tidak mungkin
untuk menganalisanya satu-persatu.
Pada abad ketiga sarjana-sarjana di
propinsi-propinsi mulai mengumpulkan hikayat-hikayat sejarah local. Gabungan
antara dongeng dengan hikayat-hikayat asli sedikit banyak kelihatan di dalam
buku sejarah permulaan Islam. Banyak sejarah-sejarah local yang ditulis dalam
abad ketiga hijriyah, namun karya-karya itu banyak pula yang hilang. Pada abad
berikutnya terdapat hasil-hasil karya yang sangat banyak mengenai sejarah
local, yang biasanya memilih dari dua bentuk yang dikenal pada waktu itu ialah
biografi atau peristiwa-peristiwa sejarah.
Sesudah pertengahan abad keempat hijriyah, perbedaan
antara sejarah umum dengan sejarah local sukar dibedakan. Bentuk utama dalam
penyusunan sejarah waktu dibatasi dengan kejadian-kejadian yang sedang berlaku
yang didahului dengan kata pembukaan yang bersifat umum. Kitab sejarah seperti
ini tidak bisa bertahan lebih lama sebagai sejarah umum, sebab masing-masingnya
dibatasi oleh struktur politik dimana si penulis berada, sehingga sukar untuk
menerangkan kejadian-kejadian lain di luar itu. Seberapa jauh
pembatasan-pembatasan ini dapat dianggap sebagai hambatan kehidupan intelektual
sesudah hilangnya kesatuan politik Islam, merupakan bahan yang selalu terbuka
untuk didiskusikan. Adanya laporan sejarah politik terutama yang berada di
tangan pejabat-pejabat resmi mempengaruhi bentuk, isi, dan semangat karya
sejarah. Sumber-sumber penyusunan sejarah diambil dari bahan-bahan,
dokumen-dokumen resmi yang berasal dari hubungan-hubungan pribadi, atau
percakapan-percakapan yang mereka lakukan di istana.konsep lama yang memberikan
keleluasaan dan kemuliaan terhadap sejarah disingkirkan, dan cerita-cerita
sejarah mengarah pada pemusatan perhatian terhadap kegiatan-kegiatan penguasa
dan kalangan istana.
Sekularisasi terhadap sejarah menimbulkan warna
tersendiri dalam penulisan sejarah, dalam menempatkan kebenaran theology
ahli-ahli sejarah mempergunakan nilai moral dalam studinya. Fungsi sejarah
diketengahkan dalam mengabadikan cerita-cerita tentang kegiatan buruk dan baik
serta memberikan contoh-contoh untuk kemanfaatan generasi-generasi mendatang.
Penulisan sejarah dalam bidang biografi masih terus
ditingkatkan oleh sarjana-sarjana sejarah disamping historiografi politiknya.
Hal ini dimaksudkan untuk meneliti tingkat-tingkat pribadi seseorang guna
menilai kebenaran yang dikatakannya. Riwayat hidup para ulama yang terkenal
sebagai pewaris para nabi lebih banyak dapat dipercayai daripada sejarah
politik.
Buku-buku biografi mengambil bahan-bahannya dari
sumber-sumber lain yang terbanyak diantaranya adalah dari filologi yang lebih
luas. Dalam bidang yang lebih sempit menguraikan biografi ahli-ahli
pramasastera dan ahli-ahli filologi yang kenamaan, sedangkan dalam bidang yang
lebih luas mengemukakan perkembangan-perkembangan buku-buku mengenai riwayat
hidup penyair-penyair dan ahli-ahli sastera.
Semua buku-buku biografi menunjukkan suatu cirri
umum, yaitu tata tertib isnad selalu dilakukan dengan hati-hati. Data
kronologi, terutama tahun wafat, harus tepat benar, dan peristiwa penting dari
kehidupan orang-orang itu diterangkan dengan singkat.
3. Dari
Akhir Abad Ke-6 sampai dengan Permulaan Abad ke-10 Hijriyah
Pada abad keenam hijriyah, historiografi Islam
berkembang menjadi historiografi Islam Arab dan hitoriografi Islam Persia,
dimana yang terakhir ini menunjukkan perkembangannya yang pesat, bahkan sesudah
penaklukan yang dilakukan oleh Mongol perkembangannya bertambah pesat sehingga
dapat menggantikan bahasa Arab dalam medium kesusasteraan di wilayah kebudayaan
Turki dan Persia, dan dengan adanya penyerbuan-penyerbuan yang dilakukan oleh
Turki ke India dorongan untuk menyusun sejarah di dalam bahasa Persia bertambah
besar. Walaupun demikian historiografi yang ditulis dengan bahasa Arab masih
tetap bertambah.
Historiografi Islam Arab yang ditulis pada masa
tersebut mengikuti cara-cara yang terdahulu, di samping adanya
penyusunan-penyusunan lebih menyegarkan. Perubahan-perubahan yang nyata nampak
di dalam hubungannya antara biografi dan sejarah politik, dan di dalam
penyusunannya lebih mengarah kepada sejarah umum. Factor utama yang mendasari
perkembangan ini adalah:[7]
1.
Munculnya
kembali sarjana-sarjana sejarah yang berfikir bebas di samping ahli-ahli
sejarah resmi yang terikat oleh ketentuan-ketentuan khalifah.
2.
Perpindahan
pusat historiografi Islam dari al-Iraq ke Syiri, dilanjutkan ke Mesir.
Gambaran utama di dalam penulisan sejarah pada masa
ini ialah hidupnya kembali penulisan sejarah dunia (yang dimulai dengan
kejadian bumi) sedangkan penekanan di dalam penulisan sejarah umum lebih banyak
menitikberatkan dengan kebangunan Islam. Pandangan sarjana-sarjana sejarah lebih
banyak menggabungkan antara sejarah politik dengan biografi.
Meskipun perkembangan sejarah politik berkembang
dengan intensif, namun perhatian utama dalam historiografi Islam lebih banyak
menunjukkan kepada biografi fari pada sejarah itu sendiri. Penggabungan
biografi dengan sejarah politik baik umum ataupun local, merupakan suatu karya
praktis yang dilakukan oleh sebagian besar ahli-ahli sejarah Islam pada periode
ini.
Penulisan sejarah yang dilakukan di Persia baru
mulai pada periode Mongol abad ke 13 M. yang banyak juga persamaannya dengan
penulisan-penulisan yang dilakukan sebelum ini. Diantara bermacam-macam aliran
di dalam historiografi Islam yang terdapat di Persia dan yang ditulis dalam
bahasa Persia semenjak abad ketujuh hijriyah sampai abad kesepuluh hijriyah,
pada umumnya berdasarkan susunan sejarah yang berlaku di dalam penulisan
sejarah Islam. Kalaupun ada perbedaannya hanyalah terletak dalm arti dan
penonjolan-penonjolan individu-individunya. Beberapa buku sejarah umum baik
yang ditulis di Persia atau di India, hanya merupakan reproduksi dari
sumber-sumber terdahulu dengan bahan-bahan tambahan yang berlaku pada
tahun-tahun berikutnya, dan penulisan-penulisan ini benyak meniru buku-buku
yang ditulis oleh sarjana-sarjana sebelumnya tanpa memberikan kritik sejarah.
Salah satu perbedaan yang nyata antara historiografi
Islam Arab dan historiografi Islam Persia ialah tidak adanya biografi sejarah
dalam historiografi Islam Persia. Adapun biografi sastera tentu saja ada dan
berkembang dengan pesat, dan sejumlah sejarah umum termasuk catatan-catatan
kematian dari keluarga-keluarganya yang terdekat atau catatan-catatan
perorangan, terutama menteri-menteri, penyair-penyair dan penulis-penulis.
4. Dari
Abad Ke-10 sampai Abad Ke-13 Hijriyah
Pada permulaan
abad kesepuluh hijriyah (15 M) terjadi pembagian di dalam kekuasaan politik
Islam. Daulah Usmaniyah didirikan dengan daerah kekuasaan yang meliputi Asia
Barat dan Afrika Utara sampai ke perbatasan Maroko, Daulah Safawiyah mendirikan
sendiri negara Syi’ah di Iran, Daulah Syaibaniyah mendirikan negara-negara
Uzbek di Asia Tengah, Dinasti Mughal didirikan di India, Dinati baru para
syarief mengadakan offensive di Maroko menentang Spanyol dan Portugis dan
wilayah-wilayah negro di Nigeria merupakan wilayah Islam di bawah Songhoy.
Gerakan-gerakan ini selanjutnya akan diikuti dengan reorientasi dan penataan
kembali kebudayaan Islam yang sudah terdapat di dalam segala bentuk buku-buku
kesusasteraan terutama mengenai sejarah. Historiografi Islam Arab secara
sungguh-sungguh mempengaruhi kehidupan pada waktu itu, sedangkan historiografi
Islam Persia berada di dalam penderitaan yang diakibatkan oleh isolsi mental
sekte yang dilakukan oleh orang-orang Persia sendiri. Dari segi lain, buku-buku
sejarah yang bermutu mulai berwujud di dalam bahasa Turki yang sejajar dengan
buku-buku sejarah dengan masa-masa sebelumnya, yang dapat mengembangkan diri
kepada penyelidikan-penyelidikan yang orisinil.
B.
Perkembangan
Historiografi Islam Modern
Pada abad ke-19,
perhatian terhadap sejarah non Islam masih tetap terbatas, belum nampak adanya
karya-karya yang berkualitas dalam bidang ini. Sejarawan Islam yang menerbitkan
karya-karya sejarah penting, baik mengenai biografi, social dan ekonomi
mengenai sejarah Islam banyak memperoleh pendidikan Barat dalam latihan ilmiah
dan metodologinya.
Sejak abad
ke-20, barat menjadi kiblat historiografi islam dalam bidang metodologi dan
tema. Sejarawan muslim di Dunia Arab, sejak awal abad ke-20 itu, lambat tapi
pasti banyak mengambil tema, metodologi, dan pendekatan penulisan sejarah dari
barat. Perubahan-perubahan materi, tema, metodologi, dan pendekatan penulisan
sejarah di Barat sejak itu ikut mewarnai perubahan historiografi Islam.
Sejarah
historiografi Islam secara umum ditulis oleh Franz Rosenthal dalam satu
karyanya A History of Muslim Historiography yang terbit pertama tahun
1952, kemudian dicetak kembali tahun 1968.
Pada tahun 1977
muncul karya berjudul Early Muslim Historiography dalam
bentuk disertasi oleh intelektual muda bernama Nizar Ahmed Faruqi untuk
memperoleh gelar doctor di Universitas New Delhi. Karya yang terbit tahun 1979
ini menyajikan bahan-bahan penulisan sejarah pada permulaan Islam yang
sekaligus juga menghilangkan keraguan tentang cara yang dilakukan oleh
penulis-penulis permulaan yang telah membukukan cerita-cerita sejarah secara
mendetail yang berasal dari mulut ke mulut.
“Historiography
among the Osmani Turks” karya J.H. Kramers merupakan karya lain yang dapat
dijadikan bahan studi historiografi Islam. Karya ini dimuat dalam kumpulan
karangannya Analecta Orientalia, terbit di Leiden tahun 1945. H.A.R. Gibb
menulis dengan judul “Tarikh” dimuat dalam suplemen Encyclopedia of Islam (Leiden,
1938), selanjutnya dimuat juga dalam kumpulan karangannya yang dilakukan oleh
Stanford J. Shaw dan William R. Polk, Studies on the Civilization of Islam,
terbit di London 1962. [8]
C.
Historiografi
Islam di Indonesia
Perkembangan sejarah
Islam di Indonesia tidak bisa lepas dari kedatangan agama Islam itu sendiri.
Agama Islam masuk ke Indonesia pada abad ke VII dan berkembang dengan munculnya
kerajaan bercorak Islam. Islam masuk ke Indonesia dengan jalan damai, sehingga
agama Islam mudah diterima masyarakat Indonesia. Selanjutnya agama Islam
melebur menjadi satu dengan budaya lokal Indonesia, sehingga dalam terjadilah
akulturasi antar keduanya. Akulturasi ini mengakibatkan Islam yang ada di
Indonesia berbeda.
Pada mulanya minat
dalam penulisan historiografi di Indonesia sangatlah kurang. Seiring
berkembangnya zaman mulai muncul beberapa tokoh yang menuliskan sejarah Islam
di Indonesia. Tidak semua karya-karya dapat dikategorikan sebagai karya
sejarah. Hal ini karena banyak karya-karya sejarah yang termasuk dalam karya
sastra klasik, yang didalamnya banyak istilah-istilah seperti haba, hikayat, kisah, dan tambo. Haba dalam bahasa Aceh, berasal dari
bahasa Arab yang oleh Rosenthal disebut sebagai salah satu bentuk dasar
historiografi Islam. Dengan demikian karya sastra klasik dapat dijadikan bahan
penting dalam studi karya historiografi Islam.
Perkembangan historiografi Islam tidak dapat lepas
dari perkembangan umum ilmu pengetahuan Islam. Keduanya mempunyai hubungan yang
sangat erat. Kedudukan sejarah di dalam pendidikan Islam telah memberikan
pengaruh yang menentukan tingkat intelektual penulisan sejarah. Cukup banyak
karya-karya yang menuliskan sejarah Islam di Indonesia, berikut beberapa karya
sejarah Islam di Indonesia yaitu karya Taufik Abdullah Adat and Islam, karya H.A. Mukti Ali An Introduction to the Government of Acheh’s Sultanate, H.J. de
Graaf, dan lainnya.
Dalam melakukan pengkajian dan
penelitian terhadap historiografi Islam di Indonesia, terdapat beberapa
alternatif yang dapat dilakukan, yaitu:[9]
Pertama:
dapat mengikuti kerangka yang disajikan oleh Rosenthal dalam karyanya A History of Muslim Historiography
yaitu:
1.
Tema yang berkaitan
dengan sejarah lokal seperti Hikayat raja-raja Pasai, Hikayat Kutai, dan
lainnya.
2.
Tema yang berkaitan
dengan karya penulisan sejarah Islam secara umum, contohnya adalah karya Hamka Sejarah Ummat Islam IV.
3.
Tema yang mengisahkan
tentang penulisan sejarah militer, misalnya karya T. Ibrahim Alfian Perang di Jalan Allah Aceh 1873-1912.
4.
Tema yang berkaitan
dengan penulisan biografi, misalnya karya Uka Tjandrasasmita yang berjudul Sultan Agung Tirtajasa Musuh-musuh Besar
Kompeni Belanda.
5.
Tema yang berkisaran
pada novel sejarah, misalnya karya Said Hasan bin Said Muhammad Ulee Lheue Abu Syamah.
Kedua:
dapat dilakukan secara periodesasi
1.
Historiografi Islam
pada periode masuknya agam Islam di Indonesia sampai abad ke-16 M. Bahan ini banyak
disampaikan pada seminar-seminar masuknya Islam di Indonesia seperti seminar di
Medan tahun lam di 1963.
2.
Historiografi pada
periode perlawanan terhadap kolonialisme terutama pada masa penetrasi politik
Barat yang mengakibatkan reaksi di beberapa daerah di Indonesia.
3.
Historiografi Islam
periode awal abad ke-20 M, seperti karya Deliar Noer Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942.
4.
Historiografi Islam
periode kontemporer, yaitu karya Boland The
Strunggle of Islam in Modern Indonesia.
Dari keseluruhan alternatif diharapkan
penulisan sejarah Islam di Indonesia dapat berkembang. Penulisan sejarah Islam
ini tidak serta merta hanya berdasarkan alternatif diatas, tetapi dapat
berkembang sesuai dengan perkembangan studi dan perhatian para ahli.
D.
Tokoh
dan Karya Historiografi Islam
Seorang penulis sejarah sangatlah
berjasa dalam bidang historiografi, karena melalui guratan penanyalah kita
dapat mengetahui bagaimana sejarah itu terjadi. Sebagian besar karya
historiografi Islam adalah berkat jasa para sarjana terdidik dalam ilmu agama. Bukhori
(870), merupakan salah satu penulis sejarah. Ia adalah seorang yang
mengumpulkan hadist, ia juga menyusun biografi-biografi singkat tokoh-tokoh
agama.
1.
Sejarawan Istana,
merupakan sejarawan yang berjasa dalam menghasilkan karya terbaik dalam sejarah
Islam, dan jumlah sejarawan istana tidak terlalu banyak. Misalnya:
a. Pada
akhir abad ke-10, Mishkawayh (1030) dan Hilal as-Sabi (1036) adalah pejabat
pemerintahan yang memahami tentang filsafat dan ilmu-ilmu non agama.
b. Imad
ad-Din al-Isfahani (1201) dengan karyanya Barg ash’sha’bi.
2.
Sejarawan amatiran, merupakan
para penguasa yang menulis karya-karya sejarah dan memoar. Biasanya karya
sejarawan amatir berupa karya-karya yang berhubungan dengan silsilah
(geneologi).
3.
Sejarawan profesional,
adalah orang-orang yang mengabdikan dirinya dalam menyusun karya-karya sejarah.
Misalnya Al-Mas’udi dan Al-Magrizi (1442).
Penulisan hadist pada permulaan Islam,
dapat dikatakan sebagai cikal bakal dalam historiografi Islam. Historiografi
Islam pada masa awal terbagi atas tiga aliran, yakni:
1.
Aliran Yaman, dengan
tiga tokoh terkenal, yaitu: Ka’bal Ahbar, Wahb ibn Munabbih, dan Abid Ibn
Syariyah al-Jurhum.
2.
Aliran
Madinah,merupakan aliran sejarah yang muncul di Madinah, aliran ini banyak
memperhatikan Al-Maghazi (Perang-perang yang dipimpin langsung oleh
Rosulullah), biografi Nabi (Airah al-Nabawiyah), dan berjalan di atas pola ilmu
hadist, yaitu sangat memperhatikan sanad. Tokoh-tokoh yang terkenal adalah
Abdullah ibn Abbas, Sa’id ibn al-Mausayyab, Aban ibn Usman ibn Affan,Syurahbil
ibn Mas’ud, dan lainnya.
3.
Aliran Iraq, bangsa
Arab merupakan bangsa yang mengawali penulisan sejarah di Iraq. Penulisan
sejarah diawali oleh Ubaidillah ibn Abi Rafi’, yang merupakan sekertaris
khalifah Ali bin Abi Thalib, selanjutnya di ikuti oleh Ziyah ibn Abih yang
menulis buku Matsalib al-Arab.
Setelah aliran-aliran penulisan sejarah
dimasa awal Islam bermunculan, selanjutnya diikuti dengan munculnya para
sejarawan baru. Berikut merupakan sejarawan awal hingga ke masa pertengahan
adalah:
1.
Ibnu Qatadah
al-Dinawari, dengan karyanya Uyun al-Akhbar yang merupakan buku tertua. Selain
itu ia juga menulis karya lainnya seperti Thabahat al-Syu’ara (tingkatan para
penyair) sejumlah 46 buku, kitab al-Maarif (buku tentang pengetahuan), dan Al
Imamah wa al-Siyasah (kepemimpinan dan politik).
2.
Al Ya’qubi wafat di
Mesir pada tahun 897 M, ia merupakan pengarang buku Kitab al-Buldan (buku
negeri-negeri) pada tahun 891 yang merupakan buku tertua dalam jenis geografi
sejarah, Tarikh al-Ya’qubi yang terdiri atas dua jilid, jilid pertama berisi
sejarah dunia kuno, dan jilid kedua berisi sejarah Islam. Pada masa
pemerintahan al-Mu’tamid 870-892 M, ia menulis buku Musyakalat al-Nas li
Zamanihim (Kesamaan manusia pada masa mereka).
3.
Al-Baladzuri wafat pada
tahun 892 M, ia merupakan sejarawan yang banyak meninggalkan karya, seperti
Kitab al-Saghir, Kitab al-Buldan al-Kabir Kitab al-Akhbar wa al-Ansab al
Asyraf, dan Kitab Futuhul Buldan.
4.
Abu Hanifah
al-Dinawari, karya yang dihasilkan adalah Kitab al-Akhbar al-Thiwal (buku
sejarah panjang).
5.
Abu Ja’far Muhammad ibn
Jaril al-Tahabari, ia merupakan sejarawan besar musli yang juga ahli dalam
bidang ilmu-ilmu tafsir, qira’at hadits, dan fiqih. Karyanya adalah Tarikh
al-Rusul wa al-Muluk (sejarah para rasul dan kisah para raja), Tarikh al-Rijal
(sejarah para tokoh).
6.
Al-Mas’udi wafat pada
tahun 957 M, karyanya yang terkenal adalah Muruj al-Dzahab wa Ma’adin al-Jawhar
dan al-Tanbih wa al-Insraf.
7.
Al-Biruni, karya
sejarawan ini mencapai 180 buku, karyanya yang paling terkenal adalah al-Atsar
al-Baqiyah an al-Qurun al-Khaliyah (peninggalan abad-abad masa lalu).
8.
Ibn Khaldun (1333-1406
M), ia merupakan tokoh filsafat sejarah, karyanya yang paling terkenal adalah
kitab Muqaddimah dan al’Ibar.
Selanjutnya historiografi Islam berkembang
pada masa modern. Historiografi Islam dimulai pada akhir abad ke-18. Mesir
adalah negeri muslim yang pertama kali mengalami kebangkitan dalam
historiografi Islam. Abd al-Rahman al-Jabarti merupakan pelopor dan perintis
kebangkitan kembali Arab Islam di Mesir abad ke-19. Berikut merupakan
tokoh-tokoh sejarah pada masa modern:
1.
Al-Jabarti (1754-1825
M), dalam bidang sejarah ia menulis dua buku penting yaitu ‘Ajaib al-Atsar fi
al-Tarajim wa al Akhbar (peninggalan-peninggalan yang menajubkan tentang biografi
tokoh dan peristiwa sejarah) dan buku Mazhar at-Taqdis.
2.
Isma’il al-Kasysyaf dan
al-Aththar, merupakan penerus dari al-Jabarti. Mereka merupakan pelopor
kembalinya historiografi Islam setelah kependudukan Napoleon atas Mesir pada
tahun 1798-1802 M.
3.
Kelompok Rifaah
al-Thahthawi dan kelompok ‘Ali Mubarak, keduanya dalam penulisan sejarah banyak
menggunakan literatur dan pengetahuan kebudayaan Perancis.
Melalui karya-karya sejarawan muslim
masa klasik banyak para sejarawan yang menggunakannya sebagai rujukan untuk
mengungkapkan sejarah masa silam. Selain itu banyak nama-nama tokoh yang
dikenal sebagai sejarawan ke-Islaman, berikut beberapa nama sejarawan pertama
Islam beserta karyanya yang dikenal hingga saat ini, yaitu Ibnu Hisyam (231 H):
Sirah Ibnu Hisyam yang merupakan buku
tentang riwayat hidup, buku tentang sejarah tahunan yaitu At-Thabari (310 H)
dan Ibnu Atsir (630 H):Al-Kamil fit
Tarikh. Buku tentang peperangan, seperti: Al-Baladzuri (279 H): Futuhul Buldan, Ibnu Abdil Hakam (257
H): Futuhu Mishr wal Maghrib wa Andalus.
Buku-buku sejarah Budaya Islam, seperti Abu Jusuf (192 H): Al-Kharaj, Al Kalbi (204 H): Al-Ashnam,
Al Jahizh (255H): Al-Hayawan, Al-Bayan
wat Tabyin, dan At Taj fi Akhlakil Muluk, Ibnu Qutaibah (276 H): Al Ma’arif, Al Imamah was Siayasah, dan
Uyunul Akhbar, Ibnu Abdi Rabbih (328 H): Al-‘Iqdul
Farid, Al Jahsyiani (331 H): Al-Wujar
wal Kuttab, Qudamah, Ibnu Ja’far (33 H):
Al-Kharaj, Ibnu Khaldun (808 H):
Al-Muqaddimah, Ibnu Hajar (853 H):
Raf’ul Ishri’an Qurhati Mishr dan Tarikh al Khulafa.
Kemudian penulis-penulis sejarah Islam
pada zaman sekarang, seperti Muhammad Abdul:
Al-Islam wan Nashariah ma’al ‘Ilmi wal madaniah, Ahmad Amin: Fajrul Islam, Dhuhal Islam, Thaha
Husein: ‘Ala Hamisy As-Sirah, dan
Fitnatul Kubra: Usman-Aliwa Banuhu, Muhammad Kurdi Ali: Al-Islam wal Hadharat al-‘Arabiah, Georgi Zaidan: Tarikh at-Tamaddun al-Islam. Serta
penulis buku dari ahli ketimuran seperti, Stanley Lane Poole: History of Egypt in the middle Ages, The
Moors in Spain, dan Muhammad Dynasties, Nicholson: A Literary History of the Arabs, Thomas Arnold: The Chaliphate, The Preachting of Islam,
Sayed Umar Ali: A Short History of the
Saeacens dan The Spirit of Islam, dan lainnya.
[1] H.A
Muin Umar.1977.Pengantar Historiografi
Islam.Jakarta:Bulan Bintang. Hal. 7
[2]
Danar Widiyanta.2002.Perkembangan
Historiografi Tinjauan di Berbagai Wilayah Dunia. Yogyakarta:Pendidikan
Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta. Hal. 38-39
[3] ibid. Hal. 39
[4] Secara term maghazi, ekspedisi militer pada
tulisan-tulisan yang berkenaan dengan riwayat hidup
[5] H.A
Muin Umar.1977.Pengantar Historiografi
Islam.Jakarta:Bulan Bintang. Hal. 17
[6] H.A
Muin Umar.1977.Pengantar Historiografi
Islam.Jakarta:Bulan Bintang. Hal. 20
[7] H.A
Muin Umar.1977.Pengantar Historiografi
Islam.Jakarta:Bulan Bintang. Hal. 31
[8] Danar
Widiyanta.2002.Perkembangan Historiografi
Tinjauan di Berbagai Wilayah Dunia. Yogyakarta:Pendidikan Sejarah Fakultas
Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta. Hal.51-52
[9] H.A.
Muin Umar.1987.Historiografi Islam.Jakarta:Rajawali
Pers.hal.187.
DAFTAR PUSTAKA
Aden Wijdan SZ.dkk.2007.Pemikiran dan Peradaban Islam.Yogyakarta:Safiria
Insania Perss.
Danar Widiyanta.2002.Perkembangan Historiografi Tinjauan di
Berbagai Wilayah Dunia.Yogyakarta:Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Yogyakarta.
H.A
Muin Umar.1977.Pengantar Historiografi
Islam.Jakarta:Bulan Bintang.
_____________ .1987.Historiografi Islam.Jakarta:Rajawali
Pers.
Sartono
Kartodirdjo.1982.Pemikiran dan
Perkembangan Historiografi Indonesia.Jakarta:PT Gramedia.
Sudarsono.2004.Filsafat Islam.Jakarta:PT Rineka Cipta.
Sukarman.2008.Studi
Sejarah dan Pendekatan Sejarah Islam. Jurnal Sintesa. Volume 8 Nomor 1 Januari
2008.